Lagi, Warga Sebut Gara-gara Proyek Kereta Cepat, Sumber Air untuk Kebutuhan Sehari-hari Jadi Keruh
Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung kembali menuai keluhan dan hujatan dari warga.
Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung kembali menuai keluhan dan hujatan dari warga.
Kali ini, sejumlah warga mengeluhkan soal air yang biasa dipakai untuk keperluan sehari-hari menjadi tercemar, keruh, dan udara menjadi banyak debu.
Hal itu dirasakan Linda warga Kampung Sukamanah, Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, KBB.
• Sudah Cek Rekening untuk Lihat Transferan BLT Rp 600 Ribu? Menaker Jelaskan Hal yang Bikin Lambat
"Air yang biasa dipakai mandi dan mencuci itu tercemar limbah semen dari kereta cepat, jadi keruh," ujar Linda di lokasi.
Dampaknya kata Linda, dirinya pun merasa gatal-gatal.
Selain itu, warga lain, Ida (40) mengaku dirinya terkena dampak polusi udara yang disebabkan dari aktivitas truk pengangkut material.
"Iya terdampak polusi debu, Rata-rata ibu-ibu sama anak-anak," ungkap Ida.
Soal kompensasi, kata Ida bahwa warga di lingkungannya tidak mendapatkannya, padahal menurutnya bersama warga lainnya sangat terganggu akibat polusi debu tersebut.
• Siap Dibeli, Daftar Mobil MPV Bekas Rp 60 - 100 Jutaan Berbagai Merk, Irit Cocok Jadi Mobil Keluarga
"Kalau kompensasi enggak dapat, tapi katanya sudah ada yang dipilih jadi perwakilan dan cuma orang itu yang menerima kompensasinya," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Puteran Yandi Hadiyana membenarkan jika warganya menjadi korban dari pembangunan kereta cepat dari pencemaran air dan debu.
"Iya ada, kalau yang aliran airnya tercemar itu ada di sekitar 3 RW, lebih dari 100 warga. Jadi memang semua yang terdampak mengeluhkan gatal-gatal. Kalau sesak nafas sih kita belum dapat laporan," katanya.