Materi Khutbah Idul Fitri
MATERI KHUTBAH IDUL FITRI Berjamaah di Rumah atau di Lapangan: Hari Bahagia Karena Pertolongan Allah
Materi khutbah Idul Fitri, untuk Shalat Id di Rumah atau Berjamaah di Lapangan: Hari Bahagia Karena Pertolongan Allah
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu, setiap muslim semestinya senantiasa mengingat bahwa harta, keluarga, dan seluruh perhiasan dunia yang sekarang bersamanya pasti akan berpisah dengannya.
Setiap orang juga harus mengingat bahwa tubuhnya akan ditimbun dan dikubur dalam tanah serta akan dimakan oleh binatang-binatang yang ada di dalamnya.
Maka, akankah seorang muslim menjadikan hari rayanya untuk berhura-hura serta membuang-buang harta untuk acara-acara yang bercampur dengan maksiat?
Sungguh, seandainya seseorang tahu bahwa ibadah yang dia lakukan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah, maka semestinya dia bersyukur dan bukan berhura-hura. Karena berhura-hura adalah akhlak orang-orang kafir dalam merayakan hari rayanya. Adapun kalau dirinya tahu bahwa amalannya tidak diterima, maka bagaimana dirinya sanggup untuk berhura-hura pada hari ini?
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah,
Ketahuilah, bahwa kita telah dikaruniai nikmat yang paling besar, yaitu nikmat Islam. Nikmat yang tidak tertandingi oleh seluruh nikmat-nikmat Allah lainnya yang besar. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mensyukuri nikmat yang paling besar ini. Yaitu dengan senantiasa mempelajari agama Islam melalui ahlinya agar kita menjadi orang-orang yang paham terhadap ajaran Islam dan bisa menjalankan agama dengan benar. Karena sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Nabi, bahwa pahamnya seseorang terhadap agamanya menunjukkan bahwa Allah menginginkan kebaikan untuk dirinya.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa Islam bukanlah sekadar sebuah pengakuan semata tanpa ada pengamalan terhadap ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Namun Islam adalah agama yang mewajibkan pemeluknya untuk beribadah kepada Al-Khaliq, yaitu Allah sebagai Sang Pencipta.
Islam juga mewajibkan pemeluknya berbuat baik kepada makhluk yang diciptakan-Nya. Persaksian seorang muslim terhadap kalimat La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah mengandung konsekuensi yang mengharuskan orang yang mengucapkannya untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah tanpa ada syirik sedikitpun, serta beribadah hanya dengan syariat yang dibawa Rasulullah tanpa mengada-adakan ibadah baru atau bid’ah yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah.
Oleh karena itu, seorang muslim harus menjadi orang yang bertauhid, yaitu orang yang beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan seluruh perbuatan syirik. Karena dengan tauhid inilah, amalan ketaatan yang lainnya akan bernilai ibadah. Adapun tanpa tauhid, maka ibadah sebesar dan sebanyak apapun tidak akan bernilai di sisi Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
Sebanyak dan sebesar apapun ibadah yang dilakukan oleh seseorang –meskipun dikerjakan dengan ikhlas– tidak akan diterima oleh Allah, bila amalan tersebut tidak sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana dalam sabda beliau:
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada syariatnya dari kami, maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Kaum muslimin rahimakumullah,
Disamping itu, seorang muslim juga harus menundukkan jiwanya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Di antaranya adalah kewajiban yang paling besar setelah menjalankan dua kalimat syahadat yaitu kewajiban shalat lima waktu serta menjalankan rukun Islam yang lainnya.
Begitupula, dia pun menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya, seperti bertaubat, menunaikan amanah, jujur, dan kewajiban lainnya serta menjauhi larangan-larangan Allah seperti berkhianat, berdusta, ghibah, namimah, memakai pakaian yang menampakkan aurat, dan kemaksiatan lainnya.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Disamping menjalankan kewajibannya kepada Allah, agama Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik kepada orang lain. Islam memerintahkan pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik kepada orangtuanya, kerabatnya, tetangganya, fakir miskin, anak yatim, dan yang lainnya.
Oleh karena itu, ketika seorang muslim berbicara dengan orangtuanya, dia akan berkata dengan kata-kata yang baik dan tidak menyakitkan keduanya. Begitupula, dia membantu kebutuhan-kebutuhan mereka dan tidak menyombongkan diri di hadapan kedua orangtuanya.
Seorang muslim juga sosok yang menyambung hubungan dengan kerabatnya atau yang diistilahkan dengan silaturahim. Dia juga orang yang berbuat baik dan tidak menyakiti tetangganya. Selanjutnya, agama Islam juga memerintahkan kepada para suami untuk berbuat baik kepada istrinya, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah:
“Dan bergaullah (kalian wahai suami) dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19)
Sebaliknya, seorang istri juga diperintahkan untuk menaati dan berkhidmat kepada suaminya, dengan cara membantu keperluan-keperluan suaminya. Karena dia tahu bahwa Allah telah menetapkan suaminya sebagai pemimpin bagi dirinya. Allah berfirman:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (An-Nisa: 34)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita senantiasa menjaga diri-diri kita dari kemarahan Allah, dengan berhati-hati dalam memahami dan mengamalkan agama kita. Jalannya tidak lain adalah dengan kembali kepada para ulama, sehingga kita bisa memahami agama Islam sebagaimana yang dipahami oleh manusia-manusia terbaik yang telah mempelajari agama ini secara langsung dari Rasulullah, yaitu para sahabat Nabi.
Kita memohon kepada Allah agar memberikan hidayah-Nya kepada kita semuanya, juga kepada para pemimpin bangsa kita untuk berjalan di atas syariat-Nya.
Kita memohon kepada Allah agar menjadikan negeri kita dan negeri seluruh kaum muslimin menjadi negeri yang aman dan tenteram serta diberi rahmat oleh-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Rabb Yang Maha mengabulkan doa.
Allahu Akbar ... (3x), Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Ya Allah ya Tuhan kami. Kami telah berpuasa sebulan penuh, kami telah berupaya memelihara kualitas puasa kami sebagaimana puasa yang engkau idealkan, tetapi terkadang kami berhadapan dengan persoalan yang berhubungan dengan kelemahan kami sebagai manusia biasa. Ya Allah, terimalah puasa kami, maafkan kelemahan dan kekurangan puasa kami.
Ya Allah ya Tuhan kami, terkadang kami merasakan diri tidak lebih hanya seonggok nafsu yang sarat dengan berbagai keinginan, tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan ruhaniyah kami. Mungkin karena itu, mata hati kami tidak lagi mampu membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, mana halal dan mana yang syubhat. Ya Allah, ampunilah kami dan terimalah kami dengan apa adanya dan segala kelemahan kami, karena Engkau Maha Penyayang lagi Maha Penerima Tobat.
Ya Allah ya Tuhan kami, masa lalu kami dipadati dengan berbagai dosa dan dan kekurangan, hapuskanlah kegelapan masa lalu kami dan berikanlah petunjukmuserta kemampuan untuk menjalani petunjuk itu guna meniti masa depan kami yang penuh kesulitan.
Ya Allah ya Tuhan kami, mpunilah dosa dan kesalahan pemimpin bangsa kami, bimbinglah mereka ke jalan-Mu yang benar, sehingga bangsa dan negara kami terhindar dari perpecahan dan berbagai kesulitan lainnya.
Wahai bulan Ramadlan, sebentar lagi engkau akan meninggalkan kami, selanjutnya akan melaporkan amaliah ramadlam kami. Laporkanlah kebaikan-kebaikan kami dan tutupilah kelemahan-kelemahan kami.
Ya Allah ya Tuhan kami. berikanlah umur panjang sehingga kami dapat melakukan amaliah di bulan-bulan ramadlan mendatang. Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa ibu-bapak kami, serta dosa-dosa seluruh keluarga kami. Ya Allah ya Tuhan kami. Hidup dan kehidupan kami sekeluarga, kuserahkan kepada-Mu.