Kampung Cibeas yang Unik, Ada Rumah Bahtera Nabi Nuh dan Masjid Beratap Pesawat
Masjid ini mengandung filosofi bahwa setiap ibadah salat yang dilaksanakan akan mengantarkan pada kesempurnaan lahir dan batin.
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Giri
Pernah terbakar, masjid dibangun lagi pada 1996 dengan bahan dari kayu.
"Digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti pengajian anak-anak," ujar Depoit.

Dia mengatakan masjid tersebut dibangun oleh Muhammad Hasan Saidina Galih Qutub Robani yang berasal dari Bogor yang wafat pada tahun 2017.
Sayang, Deposit tidak dapat menjelaskan secara mendalam mengenai makna 1.000 pintu yang menjadi sebutan bagi Masjid Robbul Alamin. Pendiri masjid tidak membuatkan cerita secara tertulis.
"Tidak ada cerita yang beliau (Hasan Saidina Galih Qutub Robani) tulis. Benar saya terlibat pembangunan masjid tersebut, namun takut tidak sesuai ceritanya dengan maksud yang mendirikan masjid ini," ujar Deposit.
"Seribu pintu ini panjang sejarahnya. Tapi memang terdapat banyak pintu, bahkan jendela juga banyak, dibilang puluhan, ya, ratusan bisa juga," timpal seorang pengurus DKM yang enggan disebutkan namanya.
Tidak sampai di situ, Deposit juga mengulas mengenai penamaan Kampung Cibeas. Ia menjelaskan nama Cibeas diambil oleh pendiri kampung tersebut yaitu Muhammad Hasan Saidina Galih Qutub Robani dari Bogor yang membuka hutan serta membuatnya menjadi sebuah perkampungan yang kemudian dinamai Kampung Cibeas.
"Kampung Cibeas didirikan sejak 3 Maret 1993. Memiliki ciri khas tersendiri. Dinamakan Kampung Cibeas karena konon dulu terdapat sumber air yang berwarna putih menyerupai air cucian beras. Oleh karenanya hingga kini kampung tersebut dikenal dengan Kampung Cibeas yang diambil dari bahasa sunda yang artinya air beras," katanya.
Selain itu, ada pula dua patung tokoh yang sangat ikonik di Indonesia yakni Soekarno dan Gadjah Mada yang sedang berjabat tangan.
Patung tersebut sengaja didirikan sebagai penanda bahwa hingga kini masyarakat meyakini sejarah persatuan bangsa diwariskan oleh Patih Gadjah Mada yang telah menyatukan beberapa kerajaan Nusantara.
Lalu ikatan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Presiden Soekarno melalui pernyataan kedaulatan negara dengan proklamasi kemerdekaan. (*)