Sopir Angkot di Tengah Corona, Setoran Gak Ketutup, Makan Utang di Warung, ke Rumah Gak Bawa Duit
Cerita keseharian sopir angkot mencari rupiah demi rupiah di jalanan Kota Bandung selama wabah virus corona
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG - Cerita keseharian sopir angkot mencari rupiah demi rupiah di jalanan Kota Bandung selama wabah virus corona bikin getir.
Sejak pemerintah memberlakukan belajar dan bekerja di rumah, kegetiran cerita keseharian mereka bermula. Mulai dari hanya mendapat uang Rp 3 ribu sekali jalan hingga harus mengemis meminta makanan gratis yang dibagikan para filantropi di jalanan.
Budiman (44) misalnya. Sopir angkot Cicadas - Cibiru itu, sudah kesulitan hidup sekadar untuk makan sehari-hari. Awalnya, setoran angkot per hari Rp 120 ribu. Turun menjadi Rp 50 ribu.
"Setoran Rp 50 ribu saja enggak ketutup pak, karena paling sehari dapat Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Rp 20 ribu buat bensin, Rp 10 ribu buat makan. Habis uang," ujar Budiman, ditemui di Bundaran Cibiru, pada hari pertama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Rabu (22/4/2020).
Saat tidak mendapat uang dari narik angkot, pengakuan mereka, tidak jarang mereka tidak memberi uang dapur untuk istri.
• Pengalaman Bima Arya, Hari Pertama Dirawat Sakit Luar Biasa Kini Sudah Dinyatakan Sembuh
"Kadang suka ngasih kalau dapat uang, seringnya enggak. Untuk makan ya berutang," ucap Budiman.
Saat ditemui, ia sedang duduk bersama lima rekannya, sesama sopir angkot. Selain Budiman, ada Jay (50), Yayat (40), Tatang (50) dan Budi (46). Mereka sedang menikmati kopi, hasil utang ke warung. Angkot itu melayani rute Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Ibrahim Adjie, Jalan Ahmad Yani hingga Cicadas pulang pergi.
"Ini nganjuk (utang) ke warung pak," ujar Jay (50), warga Parakanmuncang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang.
Sebelum wabah virus corona ini memporak porandakan banyak sistem perekonomian, penumpang angkot ini mulai dari mahasiswa, pelajar, pekerja hingga para pedagang. Setoran Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu, tidak begitu susah didapat.
"Sekarang susah penuhi setoran. Kadang bos-bos kami sebagian murah hati, kalau sehari dapat hanya Rp 40 ribu, potong bensin, sisanya tidak ditagih," ujar Jay.
• Beredar Kabar Jemaah Masih Padati Rumah Opick saat Pandemi untuk Ini, Bebi Silvana: Itu Fitnah!
Saat ditemui, angkotnya diparkir berjajar. Jay berkisah, pernah suatu ketika, sekali jalan dari Cibiru ke Cicadas hanya mengangkut satu penumpang.
"Saya cuma dapat Rp 3 ribu saja pak, satu penumpang. Ini sejak wabah virus corona sialan itu," ujar Jay, dengan logat Sumatera Baratnya. Saat berbincang itu, mereka tidak banyak mengumpat, sesekali menertawakan nasib sial mereka selama wabah virus corona.
Ada lagi cerita getir mereka. Selama wabah virus corona, banyak komunitas berbagi makanan gratis.
"Laaah, yang mereka bagi cuma driver ojeg online saja pak, kami-kami ini, jarang banget disamperin mereka lalu dikasih makan gratis," ucap Yayat (40), sopir