Sopir Angkot di Tengah Corona, Setoran Gak Ketutup, Makan Utang di Warung, ke Rumah Gak Bawa Duit
Cerita keseharian sopir angkot mencari rupiah demi rupiah di jalanan Kota Bandung selama wabah virus corona
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Yayat menimpali. Suatu ketika, di Jalan Ibrahim Adjie, ia menungu penumpang. Di depannya ada pembagian makanan gratis, driver ojol berkerumun. Tak satupun dari pembagi makanan itu menghampiri Yayat.
"Saya samperin, mau minta, kasarnya ngemis gitu ya, katanya buat sopir angkot enggak ada. Sakit hati ini pak, mana penumpang tidak ada," ujar Yayat, teman-temannya menertawakan lagi kesialan mereka.
"Saya juga ngalami seperti itu. Pemerintah sama komunitas yang bagi-bagi makanan itu hanya memperhatikan ojol saja," ujar Jay. Pengakuan sopir-sopir ini, mereka belum mendapat bantuan.
"Belum ada, didata sih sudah," ujar Budiman. Ditanya soal PSBB, mereka lagi-lagi menertawakan kesialan mereka selama wabah pandemi.
"Sebelum PSBB saja sudah susah, apalagi PSBB. Bakal makin susah, penumpang dibatasi 50 persen. Memang sih tarif angkotnya dinaikan, tapi penumpangnya kan enggak ada," ujar Tatang. Selama wabah virus corona, ia kerap berhutang pada pemilik warung. Pengakuan Tatang, utangnya tak terhitung.
• Tips Berbuka Puasa Bagi Penderita Penyakit Lambung, Jangan Konsumsi Makanan yang Terlalu Asam
"Lupa saya berapa, gede pokoknya, untuk makan dan ngopi selama menunggu penumpang," ucap dia. Angkot Cibiru-Cicadas total ada 200 unit. Saat ini, kata Budiman, yang beroperasi hanya sekira 30 unit.
Budiman dan teman-temannya berharap agar wabah cirus corona ini berakhir. Mereka juga berharap ada bantuan bagi para sopir angkot.
"Harusnya ada subsidi yang merata dan adil. Bantuan-bantuan harian juga jangan ke ojol saja," ucap Budiman, diamini Yayat, Tatang dan Jay.