Wabah Virus Corona
Pasien Baru Dinyatakan Positif Usai Meninggal, Para Peneliti: Kemenkes Something What Happened?
Para peneliti Indonesia mempertanyakan lambannya penanganan dan lambatnya hasil tes pasien Covid-19 di Indonesia kepada Kemenkes, begini penjelasannya
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Ravianto
Prof Herawati Sudoyo mengatakan prosedur yang dilakukan Kemenkes itu dengan sequenscing masih dianggap kompleks.
Prof Herawati menjelaskan selain mengetahui hasil pihaknya tidak mengesampingkan riset.
Namun ia pun menyadari bila kasusnya banyak, maka hal itu pun menjadi tekanan untuk semua.
"Kita harus cepat menyelesaikan, karena ini berhubungan dengan pasien yang dirawat.
Jadi kita main kejar-kejaran satu sisi deteksi di sisi lain kita juga tidak boleh lupa dengan riset," jelasnya.
Pada akhirnya, Kemenkes menyadari sequenscing dihapuskan.
Kemenkes pun mengeluarkan pedoman atau panduan terbaru tanpa sequenscing.
Karenanya dalam keadaan saat ini kecepatan data hasil tes pun menjadi kunci.
Namun setelah dihapusnya sequenscing munculnya masalah baru.
Lantas kemanakah data sequenscing sebelum protap itu dihapuskan?
Sementara para peneliti dunia rutin membagikan data genome sequenscing SARS N-COV2.
Mereka membagikan data tersebut kepada publik melalui platform GISAID.
GISAID sebuah lembaga non profit tempat berbagi data mengenai influenza di dunia.
Indonesia hingga saat ini belum tampak membagikan data tersebut.
Hal ini pun diakui Prof Herawati Sudoyo Ph.D, ahli Biologi Molekular Eijkman.
Pihaknya sebagai peneliti belum mendapatkan data tersebut dari pemerintah.
Data yang seharusnya menjadi hasil jurnal ilmiah para peniliti akhirnya dibuat kesulitan mengakses data.
Dr Ahmad mengatakan seharusnya pada momen ini peneliti Indonesia berkontribusi mempublikasikan jurnal ilmiah sebaik-sebaiknya.
Sayangnya kini hal itu terhambat karena kurangnya transparansi data dari pemerintah.
"Kemenkes yang periode ini, saya enggak mengerti what happened ya.
Saya mikirnya Indonesia itu sebenarnya gudang penelitian
Selama dua bulan lalu kita kuasa Covid-19.
Harusnya kalau Kemenkes yakin data itu, ya mereka publikasikan dong," Dr Ahmad.
Something happened lah, somehow periode ini agak-agak unik," sambungnya.
Berikut video lengkapnya:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ilustrasi-perawatan-pasien-yang-positif-terinfeksi-virus-corona.jpg)