Imbas Virus Corona ke Pemangkas Rambut, Mereka Tetap Buka untuk Selamatkan Karyawan
Imbas Virus Corona ke Pemangkas Rambut, Mereka Tetap Buka untuk Selamatkan Karyawan. Namun, jumlah pelanggan yang datang jauh lebih sedikit dari hari-
KARYAWAN Barber Shop Sawargi telihat menyapu rambut hasil cukuran pelanggan. Padahal jam baru menunjukkan pukul 16.30. Itu di luar kebiasaan karena barber shop di Jalan Saad, Kota Bandung ini biasanya tutup pukul 17.00.
"Tadi ada lima orang yang bercukur," kata seorang karyawan yang sedang membereskan pelengkapan bercukur, Rabu (8/4).
Jumlah pelanggan yang datang pada hari itu pun di luar kebiasaan. Biasanya barber shop milik Risyad Erawan (43) ini didatangi 50 pelanggan per hari.
Dalam situasi pandemi virus korona pangkas rambut Sawargi tetap buka. Mereka tetap melayani pelanggan-pelanggannya. Namun, jumlah pelanggan yang datang jauh lebih sedikit dari hari-hari biasa sebelum virus itu menyerang dunia.
"Kami tetap buka. Tentu saja sepi. Turun drastis. Orang-orang, kan, juga jaga dirinya masing-masing. Sangat berpengaruh. Kalau dulu bisa sampai 50 orang yang datang per hari. Kalau sekarang, sih, paling, ya, 12 hingga 15 kepala," kata pemilik Barber Shop Sawargi, Risyad Erawan (43) di rumahnya, Jalan Saad, Kota Bandung, Rabu (8/4).
Menurut Risyad, barber shop miliknya itu biasanya buka pukul 08.00 - 17.00. Namun, kondisinya sekarang tidak memungkinkan, jadi barber shop-nya rata-rata buka hingga pukul 14.00.
"Kondisi sekarang sih, bukan hanya tukang cukur saja yang terimbas, tapi semua, kan, terimbas juga," kata pria berkaca mata ini.
Menurut Risyad, prosedur pencukuran berjalan normal. Para pencukurnya pun tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Namun, ia sudah mendiskusikan dengan orang tuanya agar para tukang cukur menggunakan APD.
• Wali Kota Tasikmalaya Apresiasi Sikap Warga yang Jamin Kebutuhan Pasien Sembuh dari Covid-19
• Ketua DPRD Minta Pemkot Bandung Siapkan Diri Secara Matang Sebelum Berlakukan PSBB
• PSBB di Kabupaten Bogor Tidak Sentuh Semua Kecamatan, Ini Alasan Bupati Ade Yasin
"Cuma masalahnya mencukur pakai APD, apalagi pakai sarung tangan apakah kualitas cukuran akan sama dengan tidak menggunakan sarung tangan," katanya.
Menurut Risyad mencukur itu memerlukan kenyamanan sedangkan APD itu biasanya kalau dikenakan suhunya panas. "Kalau pihak owner, sih, setuju pakai APD. Cuma tukang cukurnya mau atau tidak," katanya.
Untuk saat ini, kata Risyad, ia mencoba realistis, selama masih bisa terpenuhi biaya operasional sudah bagus. "Sudah begitu saja alhmadulillah. Kami hanya bisa survive. Untuk berkembang, ya, sudah tidak memungkinkan, asal bisa gaji office boy, bisa memenuhi operasional, itu sudah bagus," kata Risyad.
Kondisi yang sama dirasakan pemilik Pangkas Rambut di Jalan Oto Iskadardinata. Dudi (60), pemilik Pangkas Rambut Tepat itu, mengatakan pelanggannya yang datang bercukur hanya paling banyak empat orang.
• MUI Cianjur Keluarkan Lima Imbauan Terkait Covid-19, di Antaranya Jangan Tolak Jenazah
• Dampak Pandemi Covid-19, Sebagian Pedagang di Pasar Pelita Mulai Beralih Jualan secara Online
• VIDEO-Sejumlah Petugas Paksa Tutup Paris Van Java Mall, Beberapa Tenant Bandel Masih Tetap Buka
"Biasanya sih lumayan bisa mencapai 20. Jauh sekali. Sulit dalam kondisi begini, mah. Ini, kan, terjadi di semua bidang," kata Dudi di Pangkas Rambut Tepat, Jalan Oto Iskandardinata, Rabu (8/4).
Dudi memaksakan pangkas rambutnya tetap buka karena merasa kasihan kepada karyawannya. Selama ini, kata Dudi, ia mempekerjakan dua karyawan. "Kalau saya tutup, mereka, kan, kasihan tidak makan," katanya.
Dudi mengatakan penurunan bisnisnya sudah dirasakan sejak sebelum virus korona menyerang. Namun, katanya, saat ini lah yang paling parah. "Sekarang, mah, yang penting dapur bisa ngebul," ujarnya.
• Selama PSBB, Supermarket, Pasar, dan Toko Obat Tetap Buka
• Ridwan Kamil Persilakan TNI-Polri Tindak Tegas Pelaku Anarkis dan Penyebar Hoaks Selama PSBB