Dayeuhkolot

Puluhan Tahun Hidup Sendiri di Gubuk di Dayeuhkolot, Nenek Sumarni Menangis Saat Biliknya Diperbaiki

Gubuknya hanya berukuran 2x3 meter. Dindingnya dari anyaman bambu, yang sudah bolong di sana-sini. Atap gubuknya sudah bocor, tak pernah dibetulkan.

Tribun Jabar/Lutfi Ahmad Mauludin
Puluhan tahun tinggal sebatang kara di gubuknya di Kampung Citeureup, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Sumarni (68) luput dari perhatian pemerintah. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin  

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Puluhan tahun tinggal sebatang kara di gubuknya di Kampung Citeureup, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Sumarni (68) luput dari perhatian pemerintah.

Gubuknya hanya berukuran 2x3 meter. Dindingnya dari anyaman bambu, yang sudah bolong di sana-sini. Atap gubuknya sudah bocor, tak pernah dibetulkan.

TAK ada banyak barang di gubuk Sumarni. Hanya ada tempat tidur jelek dan kompor untuk memasak. Untuk mandi dan buang air, Sumarni menggunakan MCK yang ada di samping gubuknya.

"Mau bagaimana lagi, keadaanya seperti ini," ujar Sumarni, saat ditemui, di gubuknya, Selasa (17/3/2020).

Sumarni mengatakan, dulu sewaktu masih muda, ia bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan. Namun, sudah lama ia di-PHK.

Sejak itu pula, Sumarni menghidupi dirinya dengan bekerja serabutan, mulai dari mencari barang bekas hingga membuang sampah jika ada tetangga yang menyuruhnya.

Viral, Nenek Penjual Gorengan di Surabaya Kemalingan, padahal Ambil Untung Cuma Rp 200 per Makanan

Nenek di Dayeuhkolot Tinggal di Rumah Tak Layak Huni dan Asuh Cucu yang Berkebutuhan Khusus

Dalam sehari,  Sumarni biasanya mendapatkan satu karung botol bekas atau barang-barang rongsokan lainnya yang masih laku dijual.

"Satu karung kalau dijual paling Rp 5.000. Cukup buat makan sehari-hari," kata Sumarni.

Sumarni mengatakan, dalam usianya yang sudah setua ini, tubuhnya sudah tak lagi sekuat dulu. "Kaki sekarang juga sering terasa sakit," kata Sumarni seraya menunjukkan lututnya yang bengkak.

Meski demikian, Sumarni mengaku, sangat bersyukur karena sekalipun kondisinya mulai sakit-sakitan sehingga tak tiap hari bisa mencari nafkah, ia tak pernah kelaparan.

"Alhamdulillah, masih ada tetangga yang suka memberi makanan. Suka ada juga beras dari desa," ujar Sumarni, yang sangat berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah, paling tidak untuk memperbaiki atap gubuknya yang bocor.

Sebab selain bocor, kata Sumarni, gubuknya juga kerap terendam banjir. Jika sudah begitu, Sumarni pun terpaksa mengungsi ke atap rumah tetangganya.

Kehadiran Komunitas Munding Dongkol di gubuknya, kemarin, membuat Sumarni tak kuasa menahan tangis karena gembiranya. Kemarin, komunitas ini datang dan membantu memperbaiki gubuk Sumarni.

Baru Sebulan Diperbaiki, Atap Rumah Nenek Ecin Lenyap Lagi, Kali Ini Disapu Puting Beliung

Terapaut Usia 45 Tahun, Nenek 80 Pacari Pemuda Asal Mesir Berusia 35 Tahun, Sudah Berencana Menikah

"Alhamdulillah, dari tahun 1972, baru kali ini diperbaiki," kata Sumarni, yang sambil menangis berkali-kali berdoa agar kebaikan Komunitas Munding Dongkol mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved