Eksklusif Tribun Jabar

Masker N95 Jarang, Pembuat Masker Hijab Banjir Pesanan, Diduga Dipicu Pemberitaan Virus Corona

Produsen masker hijab kebnanjiran pesanan seiring pemberitaan virus korona yang mewabah di Wuhan, Cina. Jumlahnya meningkat tajam.

Tribun Jabar/Januar P Hamel
Perajin masker hijab menjahit masker di Kotabaru, Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Rabu (5/2/2020). 

TRIBUNJABAR.ID - Produsen masker hijab kebnanjiran pesanan seiring pemberitaan virus korona yang mewabah di Wuhan, Cina. Jumlahnya meningkat tajam.

Eric Aditya (35), produsen dan distributor masker hijab, mengaku permintaan hijab kepadanya semakin meningkat. Permintaan itu datang sejak
1 Februari. Jumlahnya mencapai puluhan ribu dari biasanya hanya ratusan.

"Sekarang, karena ada wabah, penjualan meningkat drastis. Sehari saja ada yang pesan 5.000, 6.000 masker. Normalnya pesanan mencapai 130-200 masker," kata Eric ditemui di kediamannya, Kampung Andir RT 02/07, Pakutandang, Ciparay, Selasa (4/2/2020).

Bahkan menurut Eric ada pesan mencapai 50.000 masker. Mereka, kata Eric, memesan masker itu untuk disumbangkan. Namun Eric terpaksa menolaknya karena terbentur permodalan dan waktu pembuatan.

"Sekarang kan lagi ramai, kalau harus menyediakan 50,000 masker, berarti saya harus meyediakan 4000-an lusin, sedangkan proses pembuatan masker nggak gampang dan butuh waktu," katanya.

Untuk pembuatan masker, kata Eric, harus melalui proses pemotongan kain, merempel badan masker, pasang tali, membuang benang, sampai pengemasan. Menurut Eric melalui proses itu masker yang bisa diproduksi mencapai seratus lusinan.

"Yang bisa terpenuhi paling yang reguler saja. Paling seratus lusin per hari. Itu yang paling bisa kami penuhi," katanya.

Eric mengatakan, pesanan yang 50.000 dia batalkan, sedangkan pesanan yang 5.000 masih lagi nego. Permintaan sedang banyak, katanya, dia juga tidak mau menurunkan harga.

Eric Aditya, Distributor dan Produsen Masker Hijab
Eric Aditya, Distributor dan Produsen Masker Hijab (Tribun Jabar/Januar P Hamel)

"Kalau yang 50.000 kami ambil, modalnya juga harus besar, yang reguler nanti malah nggak kegarap. Kata yang pesan untuk disumbangin, kayanya karena ada virus itu (korona)," ujarnya.

Eric memang menyayangkan tidak menggarap pesanan itu. Namun, dia mengaku tidak bisa menyediakan modal yang mencapai Rp 62 juta.

"Belum bagi waktunya, mereka kan minta cepat, sedangkan kami produksi nggak bisa cepat. Mereka minta seminggu, cuman kami nggak bisa," katanya.

Menurut Eric, ketika ada pesanan 50.000 masker, semua produsen masker sedang keteteran untuk mencukupi pesana reguler masing-masing.

Perajin masker hijab menjahit masker di Kotabaru, Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Rabu (5/2/2020).
Perajin masker hijab menjahit masker di Kotabaru, Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, Rabu (5/2/2020). (Tribun Jabar/Januar P Hamel)

"Kalau yang ini memang ini dadakan, bukan kami nggak jual. Kami juga mementigkan toko kami juga. Kalau semua barang dikasihin ke orang lain, terus ada yang pesan dari toko online, kami nggak bisa memenuhi pesanan, jadi kami kena penalti oleh marketplace yang bersangkutan. Stok kami harus tetap aman," kata Erick.

Aji Sanuji (50), perajin masker dari Arjasari, mengatakan memang ada peningkatan permintaan masker ini. Namun, katanya, jumlahnya tidak signifikan. Menurutnya, masih bisa ditangani oleh pekerjanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved