Membangun Employer Branding Untuk Memperkuat Brand Perusahaan
Karyawan merupakan tulang punggung dari keberhasilan suatu perusahaan. Memasuki akhir tahun 2019, banyak perusahaan yang melakukan perekrutan pegawai
Generasi tersebut adalah tipe yang menginginkan tempat kerja berkualitas, di mana mereka ingin merasa dihargai sebagai pribadi, dan memiliki kesempatan untuk terus belajar. Mereka juga akan berusaha mencari tahu nilai-nilai perusahaan, apakah sesuai dengan cara pandang yang mereka miliki, misalnya seperti apakah perusahaan itu ramah lingkungan (sustainable)? Tidak semata-mata hanya mencari keuntungan saja.
Dalam sebuah diskusi bersama pakar di bidang SDM Ripy Mangkoesoebroto, yang juga seorang Founder & CEO 3V, sebuah perusahaan konsultan SDM yang berfokus pada budaya perusahaan dan transformasi digital, Ripy mengatakan bahwa transformasi digital tidak hanya terkait pada penggunaan teknologi terkini saja, melainkan mempersiapkan orang-orang di setiap organisasi.
“Sebagian besar teknologi digital yang tersedia hanyalah memberikan kemungkinan untuk peningkatan produktivitas, kinerja, dan efisiensi. Namun, transformasi digital itu sendiri tidak akan berhasil jika organisasi tidak memiliki pola pikir siap berubah, terlebih jika EVP yang dimiliki saat ini tidak bisa mendukung dalam menghadapi revolusi industri 4.0.” Ujar Ripy.
Salah satu contoh untuk mengambarkan pentingnya EVP dan Employer Branding yang bagus adalah pada perusahaan rokok untuk mengimbangi citra negatif dampak bisnisnya, mulai dari keselamatan para pengguna produk, efek sosial kehadiran produk di tengah masyarakat, serta dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan industri.
Selain itu, faktor budaya juga menjadi penentu transformasi digital yang sukses. Kita dapat mengubah teknologi, infrastruktur, dan proses, tetapi tanpa meningkatkan pembangunan manusia, perubahan sejatinya tidak akan terjadi.
Misalnya, jika perusahaan Anda mempunyai visi untuk menjadi yang terdepan dalam dunia digital, kecepatan dan tepat waktu sangat diperlukan untuk terlihat dalam setiap proses, membiarkan kandidat Anda menunggu dalam waktu yang lama, baik itu saat proses wawancara ataupun keseluruhan proses yang panjang , bisa menciptakan presepsi negatif bahwa perusahaan Anda masih mengadopsi sistem yang usang, dengan birokrasi yang kaku.
Saya pernah mendapatkan panggilan untuk mengisi posisi sebagai senior manajemen di sebuah perusahaan pemasok perangkat telekomunikasi dan teknologi asal Cina yang mengaku terdepan dalam inovasi teknologi 5G di dunia. Namun saat proses interview yang telat lebih dari 30 menit, saya diberikan alat tulis dan kertas, kemudian diminta untuk menulis press release. Apa yang ada dalam benak saya saat itu adalah, perusahaan ini masih mengadopsi proses perekrutan dari zaman kekaisaran abad silam mungkin, jauh dari kata teknologi terdepan yang dicitrakan. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak meneruskan proses itu lebih lanjut.
Memperkuat Corporate, Product, dan Employer Branding Secara Holistik
Untuk membangun kekuatan sebuah brand, dapat dimulai dari karyawan yang merasa terhubung dan menjadi satu bagian dengan brand perusahaan, serta memahami peran mereka untuk menyampaikan aspirasi brand kepada masyarakat luas. Karena setiap karyawan merupakan living brand dari perusahaan.
Setiap karyawan yang memiliki kepuasan kerja dan komitmen tinggi dapat berkontribusi menyebarkan pesan-pesan perusahaan ke publik melalui beragam saluran media sosial, maupun dalam setiap kegiatan sosial mereka secara positif. Mulai dari kegiatan perusahaan, informasi produk dan layanan, fungsi customer service, kampanye produk baru yang sedang dilakukan, hingga menyampaikan nilai-nilai budaya perusahaan.

Seperti kata David Ogilvy, pekerjakanlah mereka yang lebih besar dan lebih baik dari Anda, untuk menjadi perusahaan yang terdiri dari para raksasa. Bukan malah terbalik, karena takut tersaingi, sejumlah manajer seringnya malahan mencari orang-orang dengan keahlian di bawah mereka untuk dapat dikendalikan dan hanya menjalankan perintah saja.