Nenek Gunung Mangsa Warga di Lereng Gunung Dempo, Ini Penjelasan BKSDA

Tewasnya Kuswanto (28) warga Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, diduga akibat terkaman macan dahan.

Editor: Ravianto
TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Macan Dahan (Neofelis Diardi) ditempatkan di kandang transit satwa Balai Besar KSDA Riau untuk dilakukan pemeriksaan medis lebih lanjut, Rabu (28/4/2018). Hewan yang terancam punah tersebut awalnya berhasil ditangkap oleh masyarakat saat memasuki kawasan pemukiman warga di Desa Muara Jaya, Kabupaten Rokan Hulu. Ketika Macan itu memasuki kandang ayam, kandang tersebut langsung ditutup warga sehingga macan tersebut terperangkap dan akhirnya dievakuasi ke Kantor BBKSDA Riau. Dari pemeriksaan medis, macan itu masih tergolong sehat namun terdapat luka menganga pada kaki depan sebelah kanan. 

Sang wisatawan dikabarkan selamat dari amukan sang raja hutan.

Saat ini diketahui kepolisian dan pemerintah sudah memberikan imbauan untuk tak berkemah di sekitar kaki Gunung Dempo.

Jauh dari peristiwa tersebut, Gunung Dempo sendiri memiliki banyak fakta dan kisah belum banyak diketahui.

Dikutip dari Tribunsumsel , berikut beberapa fakta lain dari Gunung Dempo:

Sosok Masumai Penjaga Gunung Dempo

Masumai, begitu sebutannya pada sesosok harimau yang menjelma menjadi manusia.

Ia bersemayam di hutan ataupun di Gunung Dempo.

Sesekali memperlihatkan pada orang, dan masih dipercaya menjaga Gunung Dempo.

"Itu dulu ya. Sebuah kepercayaan. Mereka menyebutnya Masumai. Dia sesosok manusia harimau menjaga dan bersemayam di Gunung Dempo, atau puyang," kata pemerhati budaya, Mario Andramatik.

Kata dia, aliran-aliran kepercayaan ataupun ritual terhadap Gunung Dempo sekarang ini tidak ada.

Ritual atau tradisi mengagungkan, ucapan syukur, atau sebuah kebiasaan yang dilakukan masyarakat terhadap gunung tersebut sudah tidak ada lagi.

Hal sama juga diungkapkan Vebri Al Lintani.

Ritual tentang kepercayaan adanya puyang, manusia harimau yang menjaga gunung dan bermukim disana sudah lama ditinggalkan.

Namun pada masa lalu, kepercayaan dan tradisi semacam itu masih ada tahun 1960-an.

Seiring dengan perkembangan ajaran agama baru, kebiasaan dan kepercayaan tersebut sudah ditinggalkan.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved