Jawaban PT KCIC Terkait Retaknya Dinding Ratusan Rumah di Padalarang Karena Pengeboman Gunung Bohong
Manajer PR dan CSR PT KCIC, Deni Yusdiana, saat dikonfirmasi Tribun terkait masalah retak-retak di rumah warga hanya menjawab singkat.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID - SEKRETARIS Desa Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Kohar Muzakar, mengatakan, sebetulnya beberapa waktu lalu sudah ada pertemuan antara warga dan pihak PT CREC sebagai pelaksana pembuatan terowongan
"Dari hasil pertemuan itu ada kesepakatan, pengeboman harus dihentikan sebelum keluar izin amdal, risiko dan dampak pengeboman," katanya.
Dalam waktu dekat ini, kata Kohar, pemerintah desa akan mengadakan pertemuan lagi dengan PT CREC dan warga setempat untuk membahas amdal tersebut.
"Kami akan menghadirkan orang‑orang yang bisa memberi putusan, baik dari PT CREC maupun PT Dahana sebelum ada kesepakatan terkait peledakan karena sudah ada beberapa rumah warga yang retak," ucapnya.
Manajer PR dan CSR PT KCIC, Deni Yusdiana, saat dikonfirmasi Tribun terkait masalah retak-retak di rumah warga hanya menjawab singkat.
"Terkait ini kami sedang cek dulu," ucapnya.
Dinding Rumah Retak Karena Pengeboman
Seperti diketahui, ratusan rumah warga Kompleks Tipar Silih Asih, RT 04/13, Desa Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) retak‑retak akibat pengeboman pada proyek pembangunan terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) di Gunung Bohong.
Menurut pantauan Tribun, Jumat (18/10), rumah warga yang retak‑tetak itu kebanyakan bagian dindingnya, baik itu dinding ruang tamu, kamar tidur, dan kamar mandi.
Bahkan ada dinding rumah warga yang nyaris ambruk akibat keretakannya terus membesar.
Warga RT 04, Heru Agam (49) mengatakan, selama dua pekan ini pengeboman di proyek tersebut sudah terjadi sebanyak delapan kali dan dentumannya terdengar jelas, bahkan barang‑barang di rumahnya pun sampai bergetar.
"Tapi dampaknya itu sangat dirasakan pada hari ketiga dan mulai terlihat ada retakan dinding, padahal sebelumnya tidak ada retakan," ujar Heru saat ditemui di kediamannya.
Saat pertama kali mendengar dentuman itu, ia merasa kaget karena suaranya terdengar keras, terlebih dentumannya kerap terdengar dua kali dalam satu hari.
"Dentumannya terdengar pagi dan sore hari, saya sampai kaget karena setelah dentuman itu rumah saya retak‑retak," katanya.
Rumah milik Linda Kurniasari (50), dinding kamar tidur dan kamar mandinya paling parah retaknya, bahkan dinding kamar mandi sampai menganga.
