Ratusan Penulis Asing Turut Ramaikan Konferensi Internasional SCBTII ke-10 dan ISCLO ke-7 di Bandung

200 penulis yang berasal dari lima negara di Asia dan Eropa yaitu, Inggris, Jepang, Thailand, Malaysia, dan Indonesia menghadiri SCBTII dan ISCLO

Penulis: Cipta Permana | Editor: Dedy Herdiana
Tribun Jabar/Cipta Permana
Suasana berlangsungnya kegiatan seminar internasional SCBTII ke-10 dan ISCLO ke-7 di Hotel El Royal, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Kamis (10/10/2019). 

Hal senada disampaikan oleh salah seorang Guru Besar ITS, Riyanarto Sarno. Menurutnya, aktivitas manajemen biasanya lebih dinamis.

Sehingga seringkali aplikasi-aplikasi yang digunakan tidak bisa mengejar perubahan  proses bisnis yang senantiasa berubah minimal setiap enam bulan sekali.

"Perubahan proses bisnis tidak harus selalu langsung diikuti oleh perubahan aplikasi. Setidaknya perlu waktu lebih dari enam bulan untuk dapat mengubah aplikasi yang dapat berimpilkasi pada proses bisnis," ujarnya dilokasi yang sama.

Oleh sebab itu, dalam paparannya, dirinya  menawarkan service oriented platform sebagai solusi untuk mengintegrasikan berbagai sistem yang digunakan dalam sebuah organisasi.

"Misalnya di kampus ada sistem untuk keuangan, pajak, akademik, kepegawaian, dan lainnya. Kadang-kadang yang mengembangkan sistemnya beda-beda, beda platform, beda bahasa, beda OS jadi susah diintegrasikan. Maka dengan service oriented platform, berbagai sistem itu bisa disatukan dalam sebuah platform. Semua perubahan proses bisnis juga bisa dengan cepat dibuat prosedur standarnya," ucapnya.

Sementara itu, Dekan FEB Telkom University Dodie Tricahyono mengatakan, kegiatan ini sebagai perwujudan visi institusinya yaitu mengedukasi manajemen berbasis ICT.

Lewat konferensi ini disajikan perkembangan terbaru konsep-konsep yang berpengaruh pada pendidikan manajemen, baik dalam bisnis, pemerintahan, maupun masyarakat luas.

Ia mengatakan, revolusi industri 4.0 menjadi pembahasan selama empat tahun terakhir. Sudah saatnya, pembahasan revolusi industri ini beranjak ke arah bisnis yang riil.

"Apa yang harus dilakukan oleh bisnis, oleh pemerintah dan akademisi, untuk membuat 4.0 itu ada artinya, bukan konsep lagi. Kami ingin berkontribusi ke arah tersebut. Karena selama ini semua pihak di negara manapun masih meraba dan belum ada patokan pasti terkait upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi revolusi industri 4.0," ujarnya usai kegiatan.

Ia juga berharap, melalui konsep kolaborasi, kerjasama, dan faktor sinergitas lainnya menjadi sangat penting untuk dapat dilakukan, demi terwujudnya keberhasilan bagi semua pihak. (Cipta Permana).

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved