Pedagang di Pasar Cimol Klaim Artis Sampai Desainer Pun Sering Belanja Pakaian Bekas Impor

Sejak tiga dekade itu, masyarakat Kota Bandung kerap mencari dan membeli pakaian bekas di pasar Cimol Gedebage

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Suasana di Pasar Cimol Gedebage, Kota Bandung, Kamis (5/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bagi sebagian masyarakat Kota Bandung, Pasar Cimol Gedebage merupakan surganya pakaian bermerek. Merek-merek ternama yang bisa dijumpai di gerai, harganya melangit, di Gedebage, bisa dibeli puluhan ribu hingga ratusan ribu.

Namun, meski surganya pakaian bermerk, tapi bekas.

Di Pasar Cimol Gedebage, ‎bukan hanya pakaian bekas berupa baju celana saja yang dijual.

Namun juga celana dalam, jaket, ikat pinggang, topi hingga tas juga dijual.

Namanya barang impor, tentu saja brand yang tersedia brand luar negeri.

Sebut saja China, Inggris, Perancis Amerika Serikat hingga produk dari Amerika Latin.

"Semuanya impor yang di sini ‎mah, tapi bekas. Meski bekas, tapi berkualitas," ujar Sandi (40), pedagang kaus di Pasar Cimol Gedebage.

Cimol, merujuk pada makna Cibadak Mall.

Pengusaha Tekstil Paling Dirugikan dengan Beredarnya Pakaian Bekas Impor, API Menyebutnya Sampah

Ironi Pakaian Bekas, Dilarang Impor tapi Laris Manis di Kota Bandung, Diburu di Pasar Cimol Gedebage

Ratusan Karung Pakaian Impor Bekas di Gedebage Bandung Disita, Pak Haji Marah Bayar Sewa Tapi Disita

Era 1990-an, para pedagang pakaian bekas ini menjajakan dagangannya di Jalan Cibadak.

Sempat dipindah ke Terminal Kebon Kelapa, lalu ke Taman Tegallega hingga akhirnya dipindah ke Gedebage.

Sejak tiga dekade itu, masyarakat Kota Bandung kerap mencari dan membeli pakaian bekas di tempat itu.

Para pedagang ini mendapatkan pakaian bekas dari para penyuplai macam Haji Amir (45) yang bernasib nahas karena ratusan ball pakaian bekas impor, dalam satu truk, disegel Kementerian Perdagangan pada Kamis (5/9).

Minimal setiap bulan, Sandi membeli dua bal pakaian bekas. Harga satu bal untuk pakaian paling murah Rp 4 juta.

"Kalau barangnya dari Amerika Serikat lebih mahal‎ karena mungkin merek-mereknya ternama. Ada yang sampai Rp 8 juta," ujar sandi.

Dalam satu bal, sedikitnya ada 200-an potong pakaian.

Ia tidak pernah tahu barang seperti apa yang ada di dalam satu ball. Namun, pedagang macam Sandi, tahu bal seperti apa yang masih berkualitas.

"Harganya variatif. Dari Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Kalau impor Amerika Serikat biasanya bagus-bagus dan banyak bermerek," ujar Sandi.

Kemendag mengeluarkan Permendag tentang larangan impor pakaian bekas pada 2015. Salah satu alasannya, pakaian bekas impor menggangu produsen tekstil dan garmen dalam negeri.

Selain itu, pakaian bekas mengandung banyak bakteri. Aturan tetap aturan, minat masyarakat pada pakaian bekas impor juga tak terbendung.

Ia mengakui setiap pakaian bekas impor tidak steril. Namanya pakaian bekas, tentu saja menyimpan sumber penyakit. Setiap kali buka bal, ia mensortir setiap pakaian. Mana pakaian yang masih bagus tanpa cacat, mana yang bermerek dan mana yang jelek.

"Iya lah, makanya saya selalu sarankan untuk direbus dulu sampai mendidih, lalu direndam, dicuci di setrika. Jangan langsung pakai. Saya juga setiap buka bal, beberapa diantaranya disetrika dulu, biar tidak terlalu kusut," ujar Sandi.

Hal senada dikatakan Hari (38). Ia meneruskan usaha orang tuanya yang sudah berjualan pakaian bekas sejak Pasar Cimol berada di Jalan Cibadak, pindah ke Kebon Kelapa, Tegallega hingga akhirnya pindah ke Gedebage.

"Dari dulu sampai sekarang, pemburu pakaian bekas ini selalu ada, tidak pernah menurun,"kata Hari. Di hari-hari biasa memang tidak ramai. Hari menjual celana jeans bekas.

"Tapi kalau sudah Sabtu dan Minggu, pasti suka membludak. Dari dulu jualan celana jins. Per potongnya bisa dijual minimal Rp 100 ribu, jins yang dijual kebanyakan bermerk," kata Hari.

‎Tidak hanya kaus dan celana, tas juga dijual. Tribun menyambangi kios tas bekas impor di salah satu sudut pasar.

Sejumlah merek ternama dijajakan. ‎Umumnya tas perempuan.

"Ini semua barang ball-an. Impor Amerika Serikat. Kalau ada merek terkenal, dijamin asli, harga bisa nego," ujar Supardi (50), pedagang, sudah berjualan sejak 10 tahun lalu.

Kata dia, pengunjung pasar cimol tidak hanya kalangan biasa. Artis hingga desainer kerap berkunjung ke lapaknya.

"Artis-artis sering kesini. Desainer juga sama sering kesini. Harga mah bisa diatur, mulai dari ratusan ribu lah untuk yang merek terkenal mah," kata Supardi.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved