Jasad Terpanggang di Cidahu

Terungkap, Ini Cara Eksekutor Menghabisi Pupung Sadili dan M Adi Pradana, Ternyata Caranya Beda

Para pelaku mengaku membunuh Edi dengan dengan diracun di rumahnya yang berada di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Editor: Ravianto
KOMPAS.COM/BUDIYANTO
Sejumlah anggota Polres Sukabumi melakukan proses olah tempat kejadian perkara temuan dua jenazah dalam mobil terbakat di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (25/8/2019). 

Mobil berisi Purwanto dan keluarganya itu diterjunkan ke jurang sebelum disiram bensin dan dibakar.

Polisi akhirnya berhasil mengungkap kasus mobil terbakar di Songgoriti tersebut dan menangkap Sumiarsih dkk.

Sumiarsih dan sang putra, Sugeng sudah dieksekusi mati tahun 2008 silam.

Eksekusi Sumiarsih

Eksekusi yang dialami terpidana mati Sumiarsih dan Sugeng pada 19 Juli 2008 lalu masih menyisakan cerita.

Informasi dari sumber terpercaya kepada Surya (Grup Tribun Jabar) menyebutkan, dari enam peluru tajam yang diarahkan ke terpidana, setidaknya satu peluru tidak persis mengenai sasaran.

Itu terjadi pada Sumiarsih, ibu kandung Sugeng.

Satu peluru kaliber 5,56 mm yang dimuntahkan dari senapan laras panjang jenis M-16 tidak mengenai bagian jantung, yang jadi sasaran utama tembakan eksekusi.

Peluru tersebut hanya melukai sedikit daging bagian dada kiri atas Sumiarsih.

Yang justru terkena paling banyak oleh satu peluru itu adalah lengan kiri sisi dalam Sumiarsih. Akibatnya, lengan kiri sisi dalam itu terkoyak cukup lebar.

Lima peluru lainnya pun tidak persis mengenai titik di dada yang tembus jantung. Ada yang melebar sedikit sehingga mengoyak bagian payudara Sumiarsih

. “Diduga peluru yang meleset ke lengan itu berasal dari senapan paling ujung kanan,” kata sumber Surya yang ikut melakukan otopsi jenazah kedua terpidana tersebut.

Sumber itu lantas menunjukkan foto-foto Sumiarsih dan Sugeng yang baru saja dieksekusi. Foto-foto itu diambilnya lewat HP yang berkamera, dan tampak jelas gambar Sumiarsih dan Sugeng.

Namun, sumber itu menolak ketika Surya meminta foto-foto tersebut untuk direproduksi. Sumber itu membenarkan pernyataan resmi Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim bahwa regu tembak untuk setiap terpidana tereksekusi berjumlah 12 orang yang berasal dari Satuan Brimob Polda Jatim.

Senapan serbu jenis M-16 memang dimiliki oleh Brimob.

“Keduanya tepat berada di tengah-tengah jajaran 12 penembak, dan keduanya ditembak secara bersamaan. Suara tembakan terdengar nyaris serentak, bahkan seperti terdengar satu kali saja letusan keras,” imbuh sumber itu.

Sedangkan tembakan untuk Sugeng tak ada yang meleset. Semua mengarah ke bagian dada kiri atas hingga tembus ke punggung.

Bekas-bekas tembusan peluru itu membentuk lingkaran-lingkaran kecil berjajar di punggung kiri Sugeng.

“Darah dari luka-luka Sugeng mengucur deras, bahkan sampai ada yang keluar dari lubang hidung,” kata sumber itu.

Saat proses otopsi luar di ruang otopsi IKF (Instalasi Kedokteran Forensik) RSU Dr Soetomo Surabaya, menurut sumber tersebut, luka-luka mereka dibersihkan dengan memasukkan semacam kapas atau perban ke bagian tubuh yang berlubang.

Kemudian menutupnya dengan menjahit luka tersebut menggunakan kulit sekitarnya yang ditarik satu sama lain.

Hal yang sama juga dilakukan pada luka koyakan.

Namun, sebelum dijahit tertutup, pembuluh darah yang mengucurkan darah lebih dulu disumpal dengan kapas atau kain perban sampai pendarahan berhenti.

Karena itu, saat dimakamkan, luka-luka tembak itu hanya meninggalkan bekas jahitan saja.(*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved