Dokter Curiga KPPS Meninggal Bukan Karena Kelelahan: 22 Tahun Jadi Dokter Belum Nemu Mati Kelelahan
Dr Ani Hasibuan mengatakan beban kerja yang diemban petugas KPPS tidak begitu menguras tenaga hingga menyebabkan kematian.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Fauzie Pradita Abbas
"Kelelahan macam apa yang menimbulkan gangguan pada hemodinamic system ? Kematian cuma karena dua, karena jantungnya berhenti, yang kedua karena batangnya otaknya berhenti. Dan itu tidak bisa hanya karena kelelahan murni," ucap Ani Hasibuan.
Terkait kematian petugas KPPS yang begitu besar, Ani Hasibuan meminta agar mereka diautopsi sehingga penyebab kematian diketahui secara jelas.
"Tiba-tiba KPU jadi dokter forensik, menyebutkan COD (Cause of death) kelelahan. Mana buktinya? pemeriksaannya? Yang saya minta ayo dong diperiksa. Saya enggak ada urusan soal politik. KPU harus tanggung jawab. Urus nih, kenapa yang 500 orang meninggal? Saya minta ini diotopsi," sambungnya.

Jangan Dipolitisasi
Ketua Tim Kampanye Daerah Jokowi-Maruf Amin wilayah Jawa Barat Dedi Mulyadi mengimbau semua pihak agar tidak memanfaatkan gugurnya petugas penyelenggara pemilu sebagai ajang politisasi baru demi memenuhi hasrat politik pasca-pemilu.
Menurut Dedi, banyak orang tampil memberikan rasa empati, tetapi dengan tujuan-tujuan politik tertentu, yaitu sebagai pelampiasan atas kekecewan politik yang terjadi saat ini.
"Jangan manfaatkan gugurnya petugas pemilu sebagai upaya untuk melampiaskan seluruh kekecewaan politik yang terjadi saat ini pasca-Pilpres 2019. Tetapi sebaiknya rasa empati itu ditumbuhkan dengan langkah nyata," kata Dedi di Purwakarta, Rabu (8/5/2019).
Langkah nyata dimaksud Dedi adalah mendorong pemerintah meningkatkan jumlah santunan dan memberikan jaminan terhadap keluarga, baik istri maupun anak agar mereka mendapat kehidupan dan pendidikan yang layak ke depan.
• Banyak Petugas KPPS Gugur, KPU Kota Bandung Harap Caleg Terpilih Aktif Evaluasi Pemilu 2019
"Itu lebih clear, daripada terus muter-muter menjadi wacana politik yang tidak berkesudahan tetapi tidak memberikan implikasi apa pun bagi keluarga yang ditinggalkan," kata ketua DPD Golkar Jawa Barat ini.
"Jadi, keluarga korban yang gugur jangan hanya dikasih suguhan perdebatan yang tidak berakhir, yang hanya memuaskan para pihak yang berkepentingan terhadap politisasi masalah gugurnya para petugas KPPS," ujar mantan bupati Purwakarta dua periode ini.
Menurut Dedi, gugurnya petugas pemilu sebaiknya melahirkan rasa empati yang bertanggung jawab. Rasa empati itu adalah dalam bentuk pertanggungjawaban terhadap kehidupan keluarganya, baik untuk sekarang maupun ke depan.

Langkah nyatanya adalah memberikan jumlah santunan yang cukup memadai untuk modal hidup keluarga dan menjamin anak-anak almarhum tetap bersekolah sebagaimana biasanya.
"Tetapi ada juga yang langsung memberikan empati, tampil di publik memberikan pembelaan tapi minim langkah nyata yang diberikan kepada keluarga korban," kata Dedi.
Dedi Mulyadi sendiri telah menunjukkan langkah nyata dengan mengangkat anak-anak petugas penyelenggara pemilu yang meninggal saat bertugas sebagai anak asuh.