Penyandang Low Vision Peserta Pelatihan Barista Berharap Bisa Buka Coffeshop Sendiri
"Saya enggak menyangka awalnya. Bersyukur ini jadi kesempatan dapat skill baru. Nanti berharap ada usaha tambahan," ujar Siti, di Jalan Pajajaran, Kot
Penulis: Ery Chandra | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna dan Siloam Center for The Blind Korea bekerja sama menggelar pelatihan barista untuk penyandang tuna netra, di Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Bandung, Rabu (13/3/2019).
Pelatihan ini digelar selama empat bulan ke depan.
Satu di antara peserta pelatihan adalah Siti Patimah Iskandar (29).
Ia mengaku tak menyangka terpilih mengikut pelatihan setelah melalui proses seleksi, dari tahap pendaftaran, wawancara, hingga tes lainnya.
"Saya enggak menyangka awalnya. Bersyukur ini jadi kesempatan dapat skill baru. Nanti berharap ada usaha tambahan," ujar Siti, di Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Rabu (13/3/2019).
• Sarwo Edhie Wibowo, Komandan Kopassus Berhasil Kuak Penculikan Para Jenderal, Dia Ayah Ani Yudhoyono
• Fakta Baru Dibalik Pertemuan James Riyadi, Billy Sindoro, Bartholomeus Toto dengan Bupati Bekasi
Bersama lima orang perempuan dan satu orang laki-laki, Siti akan belajar selama empat bulan.
Ia dan rekan-rekannya dibekali pengetahuan tentang kopi, dari benih, proses menanam, memanen, hingga menyajikan secangkir kopi.
Selain itu, para peserta penyandang tuna netra ini juga dibekali dengan kemampuan merencanakan bisnis.
Materi pembekalan di antaranya pengelolaan modal, biaya produksi, strategi pemasaran, dan lain-lain.
Siti berharap nantinya dapat bekerja sebagai barista atau mempunyai usaha coffeeshop.
"Tadi mendengar info dari panitia kedepannya nanti ada follow up. Mungkin rencana ada kafe," ujar alumni Pendidikan Khusus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu.
Walaupun tak mengetahui secara persis jenis-jenis kopi, guru bahasa inggris dan tari tradisional ini, mengaku menyukai kopi meski bukan sebagai penikmat.
Hal serupa disampaikan oleh, peserta lainnya bernama Jaelani (27.
Ia bersyukur terpilih untuk mengikuti pelatihan menjadi barista.
"Yang saya tahu belajar barista sangat mahal dan gurunya dari Korea Selatan. Bersyukur di sini gratis. Kami bisa mengambil ilmunya," katanya.
Rencananya, setelah pelatihan selesai, peserta terbaik akan mendapat kursus barista di Korea Selatan.
• Heboh Isu Kiamat Sudah Dekat, 52 Warga Ponorogo Juat Aset untuk Bekal Akhirat, Beli Pedang Rp 1 Juta
• Pertama Kali di Indonesia, Penyandang Tuna Netra akan Dilatih Menjadi Barista Profesional