Korban Salah Tangkap Kasus Pemerkosaan Bidan Y oleh Oknum Polisi, Minta Keadilan
"Laporan sudah kami buat saat hari kejadian, tinggal tunggu hasilnya bagaimana. Kami laporkan penganiayaan dan penculikan,"
Bahkan ia turun tangan untuk menyelidiki kasus tersebut.
Ia menilai perlakuan penculik ke Haris sangat tak manusiawi. Haris bahkan dianiaya sampai babak belur.
"Saya tidak menutupi ini aib saya, tanggung jawab saya. Saya berpendapat ini oknum polisi, tidak mungkin preman nangkap orang, kecuali preman itu keluarga korban, bisa jadi mungkin dongkol,"kata Zulkarnain saat memberikan keterangan di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (24/2/2019).
Hanya saja, Zulkarnain mengaku korban Haris tak dapat memberikan identitas pelaku tersebut, karena wajahnya ditutup.
"Dia (korban) tidak bisa menjelaskan siapa orang tersebut dari satuan mana, keterangannya polda, tapi tidak tahu satuan mana. Pak polisi tidak boleh mengungkap kasus seperti itu, harus didukung hasil Labfor, penyelidikan. Kalau dia korban kita buktikan secara ilmaiah, untuk kasus pemerkosaan apalagi, tidak mungkin orang diperkosa tanpa alat bukti," jelas Kapolda Sumsel. Rumah bidan Y bersih dari jejak para pelaku
Rumah bidan Y bersih dari jejak para pelaku
Dalam kasus pemerkosaan bidan Y, polisi mengalami kendala lantaran minimnya alat bukti yang ditemukan dari hasil olah TKP oleh tim Laboratorium Forensik Polda Sumsel.
Bahkan, sempat terjadi debat antara petugas puskesmas tempat bidan Y menjalani pertolongan pertama usai menjadi korban pemerkosaan.
Dalam perdebatan itu, satu petugas puskesmas menyatakan ada sperma di pakaian korban dan satu petugas lain menyatakan bukan sperma.
"Setelah diserahkan ke Puslabfor, diperiksa secara ilmiah tidak ditemukan cairan sperma. Jadi bukan terjadi debatable antara polisi sama petugas puskesmas tidak, polisi hanya mengolah TKP karena memang waktu itu ada sedikit keterlambatan dari kita. Tetapi penanganan awal oleh puskesmas sudah betul, mereka lap, bersihkan, sebagai ketentuan," kata Zulkarnain, Senin (25/2/2019).
Zulkarnain menjelaskan, selain mencari bukti sperma, petugas juga melakukan olah TKP di tempat aksi pemerkosaan itu berlangsung.
Lagi-lagi, hasil olah TKP juga tidak menemukan adanya bukti baru dalam kasus pemerkosaan tersebut.
"Mungkin bekas kaki, telapak, apalagi lima orang yang masuk sebuah rumah itu, kata dia masuk manjat melalui jendela pasti ada telapak kakinya. Tapi itu sama sekali tidak ada, bersih," tambah Kapolda.
Meski demikian, Zulkarnain belum mau mengambil kesimpulan jika aksi pemerkosaan tersebut dinyatakan laporan fiktif atau palsu.
"Nah tetapi saya tidak mengatakan apakah terjadi pemerkosaan? Saya tidak bisa memastikan itu, yang jelas masih dalam proses penyelidikan. Saya juga tidak mengatakan begitu (laporan palsu) begitu naif bagi saya jika mengatakan begitu, tapi tiba-tiba betul terjadi pemerkosaan," kata Kapolda Sumsel.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/harismail.jpg)