Kebiasaan Suku Fore yang Makan Otak Saudaranya Sendiri, Akibatnya Alami Mutasi Genetik

Melansir dari Daily Mail, suku Fore yang berjumlah sekitar 20 ribu orang merupakan suku yang terisolasi dari dunia luar sampai pada tahun 1950.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Indan Kurnia Efendi
genealogyreligion.net via Ancient Origins
Suku Fore di Papua Nugini yang memiliki ritual makan otak manusia. 

Melansir dari Ancient Origins, ritual memakan otak itu akhirnya dilarang setelah menyebarnya penyakit sapi gila.

Perlahan, penyakit sapi gila tersebut menghilang.

Seorang pria Suku Fore menggendong anak yang terjangkit penyakit sapi gila.
Seorang pria Suku Fore menggendong anak yang terjangkit penyakit sapi gila. (Macalester.edu via Ancient Origins)

Kemudian, para ilmuwan menemukan hasil mutasi genetik dari efek penyakit sapi gila di tubuh Suku Fore yang berhasil hidup dari serangan penyakit tersebut.

Dikutip Tribun Jabar dari The Guardian, Suku Fore yang berhasil bertahan dari penyakit sapi gila mampu bertahan dari sejumlah penyakit yang disebabkan oleh prion.

Penyakit tersbeut seperti Parkinson's, demensia, dan Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD).

"Ini contoh revolusi Darwin pada manusia," kata John Collinge dari Intitute of Neurology di University College London.

"Penyakit yang disebarkan prion mengubah satu genetik yang kemudian bisa menimbulkan kekebalan terhadap demensia," lanjutnya.

Ini merupakan pertama kalinya mutasi genetik secara alami yang memproteksi penyakit sapi gila ditemukan dalam manusia.

Suku Fore yang memakan otak.
Suku Fore yang memakan otak. (Charles O'Rear/CORBIS)

Ilmuwan mengetes hal tersebut pada tikus dan hasilnya tikus tersebut mengalami mutasi genetik dan kebal terhadap penyakit CJD.

Penelitian terhadap pencegahan penyakit sapi gila dan penyakit lainnya masih terus dilakukan.

Suku Fore di Papua Nugini yang memiliki ritual makan otak manusia saat pemakaman.
Suku Fore di Papua Nugini yang memiliki ritual makan otak manusia saat pemakaman. (Ancient Origins)

John Collinge menambahkan penemuan tersebut sangat membantu ilmuwan untuk mengobati berbagai macam penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

Fokus ilmuwan adalah memahami struktur molekul prion yang menyebabkan penyakit itu dan proses terlibat.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved