Pasca Gempa Palu
Melihat Lebih Dekat Hunian Terpadu Korban Gempa Palu, Relawan Pasok Air, Warga Memasak Sendiri
ACT mendistribusikan air bersih sebanyak 28800 liter untuk pengungsi korban gempa Palu setiap harinya.
Penulis: Theofilus Richard | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard
TRIBUNJABAR.ID, SIGI - Hari kedua, di Sulawesi Tengah, Rabu (28/11/2018), Aksi Cepat Tanggap (ACT) , saya, dan lima rekan media lainnya, berangkat ke Kabupaten Sigi.
Sekira pukul 05.30 WITA, saya bangun dan mandi untuk bersiap-siap.
Kami mulai meninggalkan penginapan di Jalan Wolter Monginsidi, Palu, sekira pukul 08.30 WIB.
Tempat pertama yang kami singgahi adalah Posko Kemanusiaan ACT Towua Palu.
Di sana saya bertemu dengan Diding Fahrudin, Relief Management Program ACT.
Ia mengoordinasi distribusi air bersih ke titik-titik pengungsian.
"Ini sudah sebulan (distribusi air). Sumber air kami ambil di mata air dan minta PDAM di Sigi dan Palu," ujar Relief Management Program, Diding Fahrudin, ketika ditemui di Posko Kemanusiaan ACT Touwa.
Saat saya mengunjungi posko tersebut, tim ACT dan relawan sedang menyiapkan pengiriman air bersih.
Terlihat ada empat mobil bak yang melayani distribusi air bersih, untuk kebutuhan warga korban gempa Palu.
Satu mobil diisi dua tandon air dengan isi air total 2400 liter.
• ACT Distribusikan 28.800 Liter Air Bersih Setiap Hari ke Beberapa Titik Palu dan Sigi
Empat armada tersebut mengantarkan ke tiga titik setiap harinya.
Sehingga, jika ditotal, ACT mendistribusikan air bersih sebanyak 28800 liter untuk pengungsi korban gempa Palu setiap harinya.
Setelah itu, kami pun mengunjungi satu di antara mata air di Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Di sana, saya melihat warga yang dipekerjakan ACT untuk membantu memompa air dari mata air ke tempat penampungan air.
"Kami dipekerjakan ACT untuk mendistribusikan air ke daerah bencana," ujar Thalib (43), seorang warga Desa Mpanau, yang bekerja sebagai sopir distribusi air ke tempat pengungsian.
Dari tempat penampungan air, barulah air dimasukan ke dalam tandon.
• Video, Seperti Ini Kondisi di Beberapa Tempat di Palu Pascagempa Dua Bulan Lalu
Alat pemompa tersebut terletak di sebuah rumah kecil.
Di sebelah rumah kecil tersebut terdapat jalan setapak menurun.
Jalan tersebut menuju aliran mata air yang disedot ACT untuk didistribusikan ke tempat pengungsian.
Mata air tersebut terlihat sangat jernih dan bening.
Setelah tim ACT selesai menyedot air ke tandon air, saya pun berangkat menuju Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Di sana, tim ACT membagikan air untuk warga.
Terlihat beberapa orang menghampiri tim ACT sambil membawa ember dan galon air.
Di sana, para pengungsi masih tinggal di dalam tenda.
Satu di antaranya adalah Yuli (35). Ia tinggal bersama dua anak dan ibunya di bawah tenda yang terbuat dari terpal.
Ketika saya temui, ia sedang menggendong putrinya yang berusia tujuh bulan.
Ia mengatakan bahwa selama tinggal di pengungsian, ia masak sendiri dari bahan yang diberikan relawan dan stok milik warga.
"Dulu ada juru masak, kami dibuatkan makanan, tapi hanya tiga hari. Sekarang kami masak sendiri," ujarnya.
• Bersyukur Dapat Tempat Tinggal, Pengungsi Gempa Palu di ICS Duyu Rindu Santap Daging
Kegiatan masak pengungsi dipusatkan di dapur umum yang tidak jauh dari tendanya.
Saya pun mencoba melihat masuk ke dalam tenda yang ditinggali Yuli.
Di dalamnya, terlihat lemari plastik dan beberapa barang yang ditumpuk di ujung tenda.
Sebagai alas, Yuli menggunakan karpet dan tikar.
Rangka kayu yang digunakan untuk mendirikan tenda, dimanfaatkan Yuli membuat ayunan.
Kain diikatkan ke kayu dan digantungkan sehingga, putrinya bisa rebahan sambil diayun-ayun.
Selain harus mengurusi anak, ternyata Yuli masih bekerja di sebuah pabrik.
"Jam enam saya kerja, terus jam 10 saya izin untuk mengurusi anak, jam 12 kembali lagi kerja," ujarnya.
Dari Desa Sidera, saya dan rombongan menuju hunian terpadu atau integrated community shelter (ICS) di Desa Sibalaya Utara, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi.
Di sana, saya dan rombongan meninjau shelter yang baru selesai dibangun pada Senin (26/11/2018).
Temperatur udara di Sibalaya Utara cukup panas, sekira 33 derajat Celcius.
Tetapi, anak-anak di desa tersebut seolah tidak merisaukan panasnya cuaca.
Mereka tetap bermain di taman bermain yang berada di sisi kanan mushola.
Beberapa bermain jungkat-jungkit, perosotan, ayunan, dan sebagian lagi bermain kejar-kejaran.
Seperti di ICS Kelurahan Duyu, ICS di Desa Sibalaya Utara, juga dilengkapi hunian sementara, mck, mushola, klinik, dan taman bermain.
Ternyata ICS ini dibangun di atas lahan seorang warga bernama Sulastri.
Ia menghibahkan lahannya untuk dibangun ICS.
Cerita ini berawal ketika omongannya soal keinginan menghibahkan lahan untuk pengungsi didengar seorang relawan.
Kemudian cerita tersebut tersebar hingga akhirnya Tim ACT mendatanginya untuk mengonfirmasi kebenaran pernyataan tersebut.
"Keluarga atau bukan keluarga, semuanya silakan di sini," ujar Sulastri kepada saya.
Hanya, ia mensyaratkan para penghuni ICS nantinya meninggalkan kebiasaan yang dilarang agama, semisal mabuk atau berjudi.
Setelah sekira setengah jam saya dan teman wartawan lain bercengkrama dengan Sulastri, kami pun pamit.
(Cerita selengkapnya tentang Sulastri, dapat dilihat di TribubJabar.id).
Dari sana, kami menuju ICS Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Dalam perjalanan, kami melewati Desa Sibalaya Selatan.
Sejauh mata memandang, tidak ada lagi rumah yang berdiri utuh di sana.
Semua rumah hancur, hanya tersisa puing-puing bangunan.
Daerah ini menjadi satu di antara daerah yang terkena likuifaksi.
Akibatnya bentuk tanah pun sudah tidak beraturan dan terlihat gersang.
Jalan yang dilewati mobil pun bentuknya sudah bergelombang.
Setibanya di ICS Desa Lolu, kami disambut Koordinator Bangunan ICS ACT, Dede Abdul Rochman.
ICS Desa Lolu saat ini masih proses pembangunan.
Terlihat pekerja sedang membangun hunian, sekolah sementara, dan ACT Humannity Store (AHS).
AHS adalah minimarket untuk pengungsi.
Setiap pengungsi mendapat jatah belaka sembako gratis seminggu sekali menggunakan AHS Card.
Di ICS ini juga dibangun sekolah sementara dengan tiga ruang kelas.
ICS ini akan menjadi percontohan untuk ICS lainnya.
Setelah meninjau ICS Desa Lolu, kami pun pulang ke penginapan dan mengakhiri kegiatan hari ini.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/suasana-pembangunan-ics-desa-lolu-sigi.jpg)