Begini Prosesi Sedekah Bumi dan Nadran di Cirebon, Satu Kebudayaan yang Dilestarikan Kemenpar RI
Mereka akan menjaga ketat setiap tamu undangan yang datang menuju makam. Berpakaian ala dayak, ratusan warga itu terdiri dari
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Ratusan orang berlumurkan oli hitam di sekujur tubuhnya berdiri tegak di sepanjang jalan memasuki Makam Keramat Sunan Gunung Jati, Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Minggu (23/9/2018) siang.
Mereka memakai topi dan celana yang terbuat dari tali plastik. Sebagian lainnya membawa tongkat dan membawa pentulan dari melon.
Mereka akan menjaga ketat setiap tamu undangan yang datang menuju makam. Berpakaian ala dayak, ratusan warga itu terdiri dari laki-laki dan perempuan.
• Juara China Open 2018, Anthony Sinisuka Ginting Sikat 4 Juara Dunia Sekaligus
Saat tamu dari Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman datang, mereka kontan menyuruh warga untuk tidak mendekat.
Di sana tampak datang Pangeran Patih M Qodiran selaku Sultan Kanoman. Ia datang bersama keluarga yang berpakaian putih dengan ikat batik mega mendung.
Warga pun kontan berebut salam dengannya. Ia menuju Makam Sunan Gunung Djati untuk berziarah.
Persib Bandung Punya Rekor Bagus Main di Laga Kandang, Pelatih Persija Jakarta Santai https://t.co/ZbeEw4daQJ via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 23, 2018
Kemudian ia beserta rombongan menuju panggung dan memberikan sambutan kepada warga yang hadir.
Acara Sedekah Bumi dan Nadran (sedekah laut) sudah tiga kali dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon. Acaranya dilaksanakan setiap Bulan Muharram.
Acara dimulai dari sedekah laut atau yang biasa disebut Lelumban oleh masyarakat setempat. Sedekah laut dilaksanakan pagi hari di Sungai Condong dengan membawa sesajen hasil pertanian dan kepala kerbau sebagai lambang ucapan terima kasih atas hasil pertanian dan laut.
Siang harinya, barulah dimulai sedekah bumi dengan menampilkan 250 kreasi seni dari warga Cirebon mulai dari tingkat RT, RW, desa hingga kecamatan.
"Event ini termasuk 100 kebudayaan di Indonesia yang dilestarikan oleh Kementerian Pariwisata RI. Ini event yang sangat melegenda sejak ratusan tahun yang lalu," ujar Kabid Pemasaran Area I Kemenpar RI, Wawan Gunawan, saat memberikan sambutannya di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Minggu (23/9/2018).
Ia mengatakan, jika tradisi yang ada di masyarakat terus dilestarikan akan mensejahterakan serta meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tradisi seperti sedekah bumi dan nadran juga akan terus didukung oleh Kemenpar.
Jokowi Sebut Belum Terima Surat Pengunduruan Diri Din Syamsuddin Sebagai Utusan Khusus Presiden https://t.co/lF32E0RgEZ via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 23, 2018
Kepala Disbudparpora Kabupaten Cirebon, Hartono, mengatakan, budaya tersebut dilestarikan agar menjadi destinasi wisata bagi warga dan pengunjung.
"Sedekah bumi dan sedekah laut ini merepleksikan nilai-nilai budaya, gotong rotong, saling memberi, dan mencintai budaya lokal. Mari kita sama-sama melestarikannya," kata Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra.
Selesai beberapa pejabat pemerintahan memberikan sambutannya, warga bertepuk tangan dan siap melaksanakan iringan.
Sebelum melaksanakan iringan, pejabat beserta keluarga keraton kacirebonan memberikan saweran uang koin dari atas panggung. Warga sangat antusias berebut uang tersebut yang dipercaya dapat membawa berkah bagi kehidupannya.
"Saya datang sejak pagi mau melihat sultan dan mengikuti acara ini untuk membawa berkah. Ke sini juga sama keluarga," kata seorang pengunjung asal Indramayu, Rasmadi (42) seusai mengambil uang saweran tersebut.
Saking berebut mendapatkan uang tersebut, warga bersedesakan dan saling berdorongan. Meski begitu, mereka tetap ceria dan semangat mengikuti rangkaian acara.
Selesai saweran, 250 peserta segera beriringan berjalan dengan membawa masing-masing kreasi seninya.
Ada yang membawa patung naga, ada yang membawa patung kerbau, ada yang membawa makanan hasil pertanian, dan masih banyak lagi.
Mereka akan berjalan sekitar lima kilo meter dari Makam Keramat Sunan Gunung Djati hingga ke Krucuk.
Di sepanjang jalan, warga dari berbagai daerah juga sudah siap menyambut iringan sejak pagi hari.
Pendapat Tokoh Politik soal Sikap Hormat Jokowi Saat Lagu Indonesia Raya Berkumandang https://t.co/7B5JLyAtGU via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 23, 2018
Ruas jalan tertutupi oleh ribuan warga yang tampak antusias mengikuti iringan. Mereka kerap berswafoto dengan para peserta sedekah bumi dan nadran.
"Tahun ini kami membawa hasil pertanian. Kami berpakaian ala petani. Makanan yang kami bawa ada nasi dan lauk pauknya. Nantinya siapa saja boleh mencicipi," kata seorang perserta sedekah bumi, Nurjaya (28), asal Desa Klayan, Kecamatan Gunung Jati.
Selama iringan berjalan hingga ke jalan raya, di Komplek Makam Sunan Gunung Djati ditampilkan berbagai kesenian khas Cirebon, di anataranya Wayang Kulit, Wayang Cepak, dan Brai.
Acara akan berlangsung hingga sekitar pukul 16.00 WIB. Setiap penampilan peserta juga akan dinilai dan dilombakan oleh panitia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/sedekah_20180923_155205.jpg)