Cerita Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan, Terpaksa Ngamen di Eropa karena Kurang Biaya

Meskipun tak ada pihak yang membiayai, Tim Muhibah Angklung tetap mencoba untuk berangkat, apalagi mereka mewakili nama Indonesia.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
Istimewa
Dokumentasi 13th International Youth Festival of Arts (IYFA) “Muzite” di Sozopol, Bulgaria, pada 10-15 Juli 2018. 

"Kami terus berhemat di sini. Kadang kami tinggal sementara di rumah orang Indonesia yang ada di sini, kami juga dibantu komunitas setempat. Atau kami ditampung KBRI atau KJRI, termasuk makan dan tempat tinggal. Atau, uang hasil ngamen, kami belikan bahan makanan dan masak bareng-bareng," kata Maulana.

Selain itu, ujarnya, tim Muhibah Angklung pun terus menggunakan transportasi darat bus agar hemat.

Bahkan, mereka terpaksa membayar menggunakan banyak uang koin yang dikumpulkan dari hasil 'ngamen' itu.

"Ya kami kan enggak sempat menukarkan ke bank, jadinya bayar bus di sini pakai koin banyak banget," kata Maulana.

Beruntung, dalam sekali 'ngamen', tim Muhibah Angklung bisa mendapatkan cukup banyak uang.

Mereka pernah berhasil mengumpulkan sekitar 172 euro atau sekitar Rp 3 juta dalam sekali menggelar konser kecil-kecilan.

Kejari Garut Tengah Tangani Kasus Dugaan Pungli yang Dilakukan oleh Pegawai PUPR Garut

"Sekarang kami masih membutuhkan sekitar Rp 170 juta agar bisa selesai mengikuti festival terakhir dan pulang ke Indonesia dengan selamat," kata Maulana.

Rencananya, setelah mengikuti festival ketiga di Bosnia pada 20-25 Juli 2018, mereka berencana untuk singgah dulu di Vevey, Swiss, pada 26-27 Juli 2018.

Baru pada 28 atau 29 Juli 2018 mereka kembali ke Amsterdam, Belanda dan pulang ke Indonesia menggunakan pesawat dari negeri kincir angin.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved