Cerita Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan, Terpaksa Ngamen di Eropa karena Kurang Biaya
Meskipun tak ada pihak yang membiayai, Tim Muhibah Angklung tetap mencoba untuk berangkat, apalagi mereka mewakili nama Indonesia.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Semangat pantang menyerah rasanya patut dicontoh dari Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan dari Kota Bandung.
Bagaimana tidak, 36 anggota tim angklung dengan rentang usia 15-19 tahun itu terpaksa harus 'ngamen' di sejumlah kota di Eropa lantaran kekurangan biaya saat hendak mempromosikan angklung di tiga festival di tiga negara Eropa.
Ketua Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan, Maulana Muhammad Syuhada (41), pun berkesempatan bercerita mengenai perjalanan timnya tersebut saat dihubungi Tribun Jabar melalui sambungan telepon, Kamis (19/7/2018).
Mario Gomez Target Persib Bandung di Urutan 3 Klasemen Putaran Pertama https://t.co/I0O3aZtAoX via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 19, 2018
"Jadi kami itu berencana mengikuti tiga festival di Eropa pada bulan Juli ini. Soal biaya, awalnya sebenarnya kami sudah ada pihak yang membiayai, namun, pada menjelang keberangkatan pihak yang akan membiayai itu menarik diri," ujarnya.
Tiga festival yang diikuti oleh tim Muhibah Angklung adalah 59th International Folklore Festival of Nasreddin Hodja di Aksehir, Turki, pada 4-10 Juli 2018.
Kemudian, 13th International Youth Festival of Arts (IYFA) “Muzite” di Sozopol, Bulgaria, pada 10-15 Juli 2018.
Terakhir, International Music and Folk-Dance festival “Summer in Visoko” di Visoko, Sarajevo, Bosnia and Herzegovina, pada 20-25 Juli 2018.
• Situs Bersejarah Cirebon Ini Bentuknya Unik, Merupakan Bentuk Sindiran
Meskipun tak ada pihak yang membiayai, Tim Muhibah Angklung tetap mencoba untuk berangkat.
Alasannya, dikatakan Maulana, mereka tak ingin di-blacklist atau dipandang buruk oleh penyelenggara festival tersebut.
Apalagi, mereka mewakili nama Indonesia untuk mengenalkan angklung di tingkat dunia.
"Selain itu kami juga sudah terlanjur mengkonfirmasi akan datang. Beruntung, menjelang keberangkatan, ada sebuah bank yang membiayai, tapi hanya membiayai pesawat keberangkatannya pada 28 Juni 2018," ujar Maulana.
Kota di Eropa yang pertama kali dituju oleh Tim Muhibah Angklung adalah Amsterdam, Belanda.
Mereka menuju kota itu karena menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
• Diana Sastra Ingin Terus Manggung Meski Jadi Anggota DPR RI
"Kami sampai 29 Juni 2018 di Amsterdam. Kami langsung berangkat ke Berlin, Jerman, menggunakan bus. Karena tak ada dana untuk melanjutkan perjalanan melalui bus ke kota berikutnya, kami akhirnya menggelar konser kecil-kecilan di kantor kedutaan (KBRI) di Berlin," ujar Maulana.
Selesai dari Berlin, mereka menuju ke Postdam, Jerman.

Sampai Postdam tanggal 30 Juni 2018, mereka menggelar konser di jalanan untuk kembali mengumpulkan uang.
"Dari Postdam akhirnya kami berangkat menuju ke Budapest dulu di Hungaria. Perjalanan dari Postdam ke Budapest memakan waktu 16 jam menggunakan bus. Kami sampai di Budapest pada 1 Juli 2018. Di sana kami juga menggelar konser di depan Basilika, kami dibantu komunitas Indonesia setempat mengelar konser di sana," kata Maulana.
Setelah mengumpulkan uang cukup banyak, dari Budapest akhirnya mereka berangkat ke Turki yang merupakan lokasi festival pertama digelar.
Pada tanggal 3 Juli 2018, mereka singgah dulu di Istanbul untuk menggelar konser di Taksim Square sekaligus mengumpulkan uang.
• Masyarakat Diminta untuk Ikuti Perkembangan Kasus yang Tengah Ditangani Kejari Garut
Baru pada tanggal 4-9 Juli 2018, mereka berada di Aksehir untuk mengikuti festival pertama.
"Perjalanan dari Budapest ke Turki itu sekitar 26 jam menggunakan bus. Beruntung kami sampai dengan selamat dan akhirnya bisa ikut festival pertama. Di Turki kami juga dibantu KJRI," kata Maulana.
Selesai mengikuti festival di Turki, akhirnya mereka berangkat ke negara tujuan berikutnya, yaitu Bulgaria.
Kota yang mereka tuju adalah Sozovol.
"Beruntung di Sozovol pada 10-16 Juli itu kami berhasil juara. Jadi di festival itu kan ada beberapa kategori, kami akhirnya bisa juara," kata Maulana.
Sebelum menuju ke lokasi festival ketiga, yaitu di Visoko, Bosnia, Tim Muhibah Angklung memilih untuk tinggal dulu di Sofia, Bulgaria.

Di sana, mereka ditampung oleh KBRI setempat.
"Di sini kami sudah dari tanggal 16 Juli, hari ini hari terakhir kami di Sofia. Di sini kami juga menggelar konser jalanan untuk mengumpulkan uang, tapi beruntung di sini, untuk tempat tinggal dan makan ditampung KBRI," ujar Maulana.
Selama kurang lebih satu bulan berada di Eropa, Maulana mengatakan, tim Muhibah Angklung sebenarnya membutuhkan sekitar Rp 1,5 milyar.
• Lakukan Curas di Jalanan Kota Bandung, Kaki Lima Orang Ini Dilubangi Polisi
Namun, karena berbagai usaha, jumlah yang harus dikeluarkan sebanyak itu bisa terus dikurangi.
"Kami terus berhemat di sini. Kadang kami tinggal sementara di rumah orang Indonesia yang ada di sini, kami juga dibantu komunitas setempat. Atau kami ditampung KBRI atau KJRI, termasuk makan dan tempat tinggal. Atau, uang hasil ngamen, kami belikan bahan makanan dan masak bareng-bareng," kata Maulana.
Selain itu, ujarnya, tim Muhibah Angklung pun terus menggunakan transportasi darat bus agar hemat.
Bahkan, mereka terpaksa membayar menggunakan banyak uang koin yang dikumpulkan dari hasil 'ngamen' itu.
"Ya kami kan enggak sempat menukarkan ke bank, jadinya bayar bus di sini pakai koin banyak banget," kata Maulana.
Beruntung, dalam sekali 'ngamen', tim Muhibah Angklung bisa mendapatkan cukup banyak uang.
Mereka pernah berhasil mengumpulkan sekitar 172 euro atau sekitar Rp 3 juta dalam sekali menggelar konser kecil-kecilan.
• Kejari Garut Tengah Tangani Kasus Dugaan Pungli yang Dilakukan oleh Pegawai PUPR Garut
"Sekarang kami masih membutuhkan sekitar Rp 170 juta agar bisa selesai mengikuti festival terakhir dan pulang ke Indonesia dengan selamat," kata Maulana.
Rencananya, setelah mengikuti festival ketiga di Bosnia pada 20-25 Juli 2018, mereka berencana untuk singgah dulu di Vevey, Swiss, pada 26-27 Juli 2018.
Baru pada 28 atau 29 Juli 2018 mereka kembali ke Amsterdam, Belanda dan pulang ke Indonesia menggunakan pesawat dari negeri kincir angin.