Arjuna Arya Dikenal Aktif di Sekolah, Pandai Baca dan Berhitung

Tak hanya dikenal aktif di lingkungan bermainnya, Arya juga rupanya aktif di sekolahnya, Sekolah Dasar Negeri Pangguh.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Kisdiantoro
istimewa
Arjuna Arya Atarahman terbaring koma di ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Arjuna Arya Atarahman, bocah berusia enam tahun yang menderita penyakit langka Guillain Barre Syndrome (GBS), dikenal sebagai anak yang aktif dan lincah.

Kini, kedua orangtuanya, Apit Sopian (34) dan Yani Suryani (30), belum bisa lagi melihat keaktifan anak semata wayangnya itu karena sedang terbaring koma di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Sebelumnya diberitakan, Arya adalah bocah laki-laki asal Kabupaten Bandung yang sudah sejak 8 Juni 2018 terbaring di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSHS Bandung karena penyakit GBS dan saat ini sedang dalam kondisi koma sejak 20 Juni 2018.

"Arya itu anaknya sangat aktif, enggak mau diam. Maceuh lah istilahnya, paling aktif kalau di antara teman-teman lainnya," ujarnya saat ditemui Tribun Jabar di di RSHS, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Selasa (3/7/2018).

Tak hanya dikenal aktif di lingkungan bermainnya, Arya juga rupanya aktif di sekolahnya, Sekolah Dasar Negeri Pangguh.

Dari 25 siswa yang ada di kelas satu, Arya mendapatkan peringkat keenam.

"Padahal kalau dibandingkan yang lain, umur Arya itu masih tergolong paling muda. Yang lain tujuh tahun, Arya masih enam tahunan," kata Apit dengan nada suara pelan.

Yani kemudian menimpali, di sekolahnya, Arya juga pandai berhitung dan membaca.

Baca: 30 Kepala Desa di Kabupaten Bandung Siap Nyaleg, Panwaslu Minta Mereka Mundur dari Jabatannya

Di kelasnya, Arya termasuk salah satu siswa yang pandai dalam dua kemampuan itu.

"Pandai berhitung, membaca. Terus, pandai mengaji juga. Mengajinya lancar dan rajin," kata perempuan berkerudung itu.

Apit dan Yani pun berharap, anaknya itu dapat segera sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Keduanya mengaku ingin segera melihat Arya bermain bersama teman-temannya.

"Demi anak kami tercinta, kami akan terus berjuang agar Arya segera sembuh sedia kala. Saya ingin melihat Arya kembali berjalan dan berlari seperti dulu, bermain dengan teman-temannya kesana kemari," ujar Apit.

Baca: Pemain Seleksi Roland Simons Mandowen Siap Unjuk Gigi Demi Kesempatan Gabung Persib Bandung

Di ruangan PICU, alat bantu pernafasan dan alat medis lainnya terpaksa harus menempel di tubuh mungil Arya.

Matanya terpejam, kepalanya tampak terbaring di atas bantal berwarna kuning.

Sementara, guling kecil berwarna merah muda terlihat ditempatkan di samping bocah asal Kampung Campaka, Desa Pangguh, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung,

Apit tampak duduk setia menunggu bersama istrinya, Yani, di kursi tunggu yang tak jauh dari ruang PICU.

Saat berbincang, sesekali dia mencoba melempar senyum seolah sedang menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam.

Ketika bercerita, tak jarang Apit dan Yani saling bertatapan.

Saat ini, mereka sedang mengalami kendala biaya selama di rumah sakit.

Apit mengatakan, jika ditotalkan dari hari pertama masuk hingga saat ini, dia harus membayar lebih dari Rp 100 juta untuk pengobatan anaknya, di mana biaya Plasmapheresis sebesar Rp 50 juta, biaya obat-obatan dari depo sebesar Rp 50 juta, dan biaya ruang PICU selama 25 hari kurang lebih sebesar Rp 62 juta.

Padahal, Apit sehari-hari bekerja sebagai guru honorer MTS di Kabupaten Bandung dan Yani adalah seorang ibu rumah tangga.

Dia pun sudah membuka donasi melalui laman Kitabisa.com di https://kitabisa.com/aryamelawangbs.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved