Kisah Inspiratif

Kisah Kakek Sebatang Kara di Cianjur, Tinggal di Gubuk Kumuh Beratapkan Tenda

Keluarga adiknya juga tergolong kurang mampu dan hanya mengandalkan buruh tani untuk. . .

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Abah Encep 

Pintu gubuknya dibiarkan terbuka.

Tubuh kurusnya bisa terlihat dari jalan setapak di pinggir kampung tersebut.

Mendengar ada keponakannya yang memanggil, Encep berusaha untuk bangun.

Namun perlahan karena pandangannya sepertinya sudah sedikit kabur.

"Siapa ya," katanya sambil berusaha memfokuskan pandangan ke arah pintu.

Setelah sadar ada beberapa orang yang menghampiri gubuknya Encep mengatakan bahwa ia mulai tak bisa melihat jelas karena hanya menggunakanmata sebelah.

"Mata kiri terkena pecahan kayu saat memotong kayu," katanya pelan.

Pendengarannya pun mulai terganggu. Hal itu terlihat dari percakapan dalam suara yang keras saat keponakannya menjelaskan ada yang datang. 

Keponakan Encep, Siti Sarifah (32), sehari-hari mengantar makanan alakadarnya.

Siti mengatakan ia pun datang dari keluarga yang kurang mampu.

"Kami sempat tawarkan untuk tinggal bersama di rumah, namun Abah menolak dan lebih nyaman tinggal di gubuk ini. Bukannya tak kasihan, Abah yang ingin tinggal di sini, tapi kami selalu menjenguknya setiap hari," kata Siti.

Siti mengatakan Abah selalu berujar jika ia ingin tinggal bersama dengan anaknya.

Namun kondisi serupa juga dialami oleh anaknya yang belum mampu untuk merawat Abah.

"Anaknya juga belum mempunyai rumah," ujar Siti.

Siti mengatakan kondisi anaknya juga sedang sakit saat ini. 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved