Pimpinan Pesantren Dianiaya

Empat Berita Hoaks Ini Tersebar Pascapemukulan KH Umar Basri, Awas Terjebak!

Informasi hoaks itu kerap dikaitkan dengan tindakan kekerasan kepada santri atau tokoh agama di suatu masjid atau pesantren.

Penulis: Yudha Maulana | Editor: Yudha Maulana
Kolase Tribun Jabar
Empat Kabar Hoax Pascapemukulan KH Umar Basri 

TRIBUNJABAR.ID - Selepas tragedi penganiayaan ulama sekaligus pengasuh pondok Pesantren Al Hidayah, KH Umar Basri, di Kampung Santiong, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Sabtu (27/1/2018) lalu, muncul sejumlah informasi bohong atau hoaks dari sejumlah wilayah.

Informasi hoaks itu kerap dikaitkan dengan tindakan kekerasan kepada santri atau tokoh agama di suatu masjid atau pesantren.

Dari hasil pengamatan Tribun Jabar,informasi hoaks tersebut tersebar di dunia maya, baik melalui jejaring media sosial maupun grup-grup pesan instan tanpa sumber yang bisa dipertanggungjawabkan.

Berikut Tribun Jabar menghimpun sejumlah berita hoaks yang sempat menggemparkan media sosial.

Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Ma?ryoto saat menjenguk KH Umar Basri yang korban penganiayaan di RS Al Islam Bandung, Minggu (28/1/2018).
Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Ma?ryoto saat menjenguk KH Umar Basri yang korban penganiayaan di RS Al Islam Bandung, Minggu (28/1/2018). (Istimewa)

1. Hoaks KH Umar Basri Meninggal

Sempat tersiar informasi yang menyebutkan bahwa KH Umar Basri, pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah, meninggal akibat penganiayaan yang dilakukan orang tak dikenal.

Iwan Ismail (35), santri sekaligus saksi pelapor kejadian, menegaskan bahwa informasi tersebut hoaks belaka.

Baca: VIDEO: Ini Penyebab Banjir Setinggi 60 Sentimeter di Dua Blok di Desa Gamel Cirebon

Pascapenganiayaan, KH Umar Basri dirawat di RS Al Islam dan kini kondisi ulama yang akrab disapa Mama Santiong itu mulai berangsur pulih.

"Mudah-mudahan bisa cepat membaik, kami minta doanya," ujar Iwan Ismail. (Tribun Jabar/Seli Andina)

2. Kabar Bohong Hilangnya Seorang Ustaz di Cimahi

Sempat muncul info yang beredar mengenai hilangnya sesosok ustaz di daerah Cimuncang Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Ustaz itu diketahui kemudian bernama Ustadz Nanang.

Pada informasi yang tersebar, tertulis sudah tiga hari ustadz Nanang hilang, modusnya ada orang yang menjemput sesudah sholat shubuh untuk mengaji.

Baca: Disparbud Jabar Sebut di Geopark Ciletuh Tidak Akan Ada Hotel Bintang Lima

Namun sampai sekarang ustadz Nanang tak kunjung pulang dan ponselnya pun tidak bisa dihuhungi.

Kapolsek Cimahi Selatan, AKP Sutarman mengatakan ketika dilakukan pengecekan ke tempat kejadian perkara (TKP) melalui RT RW setempat tidak ada yang namanya Nanang diwilayah tersebut.

"Melalui DKM juga sudah dicek tapi tidak ada ustadz yang namanya tersebut," ujar AKP Sutarman melalui pesan Whatsapp, Selasa (6/2/2018).

Baca: PT Gede Indah yang Ditutup Polda Jabar Karena Diduga Mencemari Citarum, Ternyata Masih Beroperasi

Selain itu, kata Sutarman hingga saat ini tidak ada laporan ke Polsek Cimahi Selatan dari pihak keluarga terkait hilangnya Ustadz Nanang tersebut.

Jadi, info hilangnya seorang ustadz yang beredar dari sumber Haji Ijaji Majelis Arrohah Cimahi itu sudah dipastikan tidak benar.(Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)

3. Kabar Bohong Penganiayaan Seorang Santri di Kabupaten Garut.

Kepolisian Resor (Polres) Garut menyebutkan kejadian penganiayaan yang diduga menimpa seorang santri di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, adalah hoaks.

Beredar di media sosial yang terjadi pada Sabtu (3/2/2018), seorang santri bernama Abdullah mengalami penganiayaan hingga penebasan menggunakan senjata tajam di Desa Karangtengah, Kecamatan Kadungora.

Baca: Ribuan Botol Minuman Keras Menuju Bandung Diamankan Polisi

‎Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna, mengatakan, berdasarkan hasil penyidikan, hal tersebut tidak terjadi karena adanya human error.

"Ini adalah kebohongan karena menerima informasi mentah dan langsung mempublikasikannya seketika‎," kata Budi di Mapolres Garut, Jalan Jend Sudirman, Kabupaten Garut, Rabu (7/2/2018).

‎Budi mengatakan, terkait postingan tersebut, pihaknya telah menghapus agar tidak terjadi gangguan kondusifitas dan keamanan masyarakat Kabupaten Garut. (Tribun Jabar/Hakim Baihaqi)

4. Penderita Gangguan Kejiwaan yang Mencari Tokoh Agama di Cileunyi

Warga Cileunyi sempat dibuat resah oleh kabar yang tersebar di media sosial bahwa ada orang yang memiliki penyakit kejiwaan mencari tokoh agama.

Dihubungi Tribun Jabar melalui telepon, Rabu (7/2/2018), Kasat Reskrim Polres Bandung, AKP Firman, menegaskan bahwa berita yang tersebar melalui media sosial tidak benar.

"Yang di media sosial itu hoax," ujar AKP Firman.

Baca: 4 Lubang Misterius Muncul di Gunungkidul, Warga Resah karena Lubang Terus Melebar

Kasat Reskrim Polres Bandung tersebut mengungkapkan, orang dengan penyakit kejiwaan tersebut biasa berjalan tak tentu arah di daerah Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Orang tersebut diamankan oleh para santri karena dianggap mencurigakan dan meresahkan masyarakat.

"Memang diamankan, tapi karena meresahkan saja," ujar AKP Firman.

Baca: Pemilik Klub yang Nekat Duduk di Bench Pemain Akan Didenda Rp 50 Juta

AKP Firman juga mengimbau agar masyarakat tidak begitu saja mempercayai berita atau informasi yang menyebar melalui media sosial.

Sebaiknya, masyarakat mencari infotmasi pasti terkait berita yang didapat sebelum turut menyebarkannya. (Tribun Jabar/Seli Andina)

Penyebab Hoaks

Walau tak spesifik membahas kasus penganiayaan ulama, Psikolog Universitas Islam Bandung (Unisba), Dr Ihsana Sabriani Borualogo M Si, mengatakan, ada banyak faktor umum penyebab mengapa orang terdorong untuk menyebarkan hoaks.

Kali ini Ihsana membahas tentang bencana gempa bumi yang terjadi belakangan ini.

"Penyebab lain semisal ingin menimbulkan ketakutan atau keresahan di masyarakat," kata psikolog yang juga Kaprodi Magister Psikologi Profesi, Program Pascasarjana Unisba ini, kepada Tribun Jabar melalui pesan instan WhatsApp, Rabu (24/1/2018) pagi.

Penyebar hoaks, sambungnya, tidak bisa juga disebut sebagai orang yang mengidap kelainan.

Baca: Fahri Hamzah Dinilai Bikin Kader PKS Tidak Nyaman

"Makanya, individu perlu menggunakan kemampuan berpikirnya secara lebih cermat dan melakukan re-check ketika menerima pesan berantai seperti itu," katanya.

Ketika panik, lanjutnya, individu tidak dapat berpikir jernih, sehingga info yang masuk ke media sosial langsung ditanggapi secara reaktif.

"Pada intinya, kita jangan reaktif, mencoba melakukan check dan re-check kepada pihak berwenang, dan berhenti menyebarkan berita hoaks," ujar Ihsana.

Baca: Pengedar Togel Ini Hanya Terdiam Saat Dibawa ke Polres Indramayu

"Dalam UU ITE, penyebar berita hoaks, baik yang melakukannya secara sengaja maupun melakukannya karena tidak tahu, sama-sama dipandang sebagai penyebar berita hoaks," kata Ihsana.

Jadi, ujarnya, sebaiknya berpikir panjang sebelum mengirimkan pesan berantai atau broadcast berita.

"Cek kembali kebenaran berita kepada pihak terkait, Dan jika hal itu adalah hoaks, maka hentikan penyebarannya," ujar Ihsana.

Dia pun mengimbau individu belajar menjadi pengguna media sosial yang lebih cerdas, tidak reaktif, dan menjaga tata kesopanan serta tata krama dalam berinteraksi. (Tribun Jabar/Yongky Yulius)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved