Stormer, Tas untuk Penyandang Disabilitas Netra, Mampu Bedakan Nominal Uang, Penciptanya Siswa SMA
"Nah dari video ini lah, akhirnya kami memutuskan membuat sebuah alat yang bisa membantu penyandang tuna netra,”
Penulis: Fasko dehotman | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Fasko Dehotman
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Untuk meminimalisir tipuan terhadap disabilitas netra, tiga orang pelajar asal SMAN Thamrin Jakarta ini menciptakan alat yang bernama Stormer.
Stormer merupakan akronim dari kata Smart Portable Money Storage (alat cerdas penyimpan uang). Stormer ini dibuat secara khusus menyerupai tas pinggang, namun desain dan bentuknya jauh lebih kece.
Baca: Debt Collector yang Memukul Wartawan Itu Menghilang, Korban Ungsikan Keluarganya ke Tasikmalaya
Yah cocok juga lah dipakai sama anak muda Nah, ketiga siswa yang menciptakan Stormer adalah Arya Ananda, Freddy Millenial dan Prasista Ariadna.
Arya Ananda selaku Ketua Tim Stormer, menuturkan, awal mula tercetusnya ide pembuatan Stormer, berawal dari video Youtube yang menayangkan video Blind Social Eksperiment.
Pengemudi Ojek Online Cantik Ini Sudah Enggak Sabar Ingin Ngojek Lagi, Sudah Empat Hari Off https://t.co/LV0CW697Dx via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 16, 2017
Video tersebut memperlihatkan aksi seseorang yang berpura-pura menjadi tuna netra, yang ingin menukarkan uang Rp 100 ribu dengan uang Rp 50 ribu.
Namun yang didapatkan orang tersebut, malah nilai uang yang lebih kecil yakni sebesar Rp 2 ribu.
Meski video tersebut merupakan social eksperiment, Arya mengaku, Ia dan teman-temannya sangat merasa jengkel atas tindakan orang normal yang menipu tersebut.
"Nah dari video ini lah, akhirnya kami memutuskan membuat sebuah alat yang bisa membantu penyandang tuna netra,” ucap Arya kepada Tribun Jabar, saat ditemui di acara Lomba Desain Alat Bantu Disabilitas Netra (LDABDN) di Bandung, Sabtu (14/10/2017).
VIDEO Choirul Huda Sebelum Masuk Lapangan, Gelagat Anak Kecil ini jadi Sorotan, Pertanda? https://t.co/qZ7styJat0 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 16, 2017
Pada bagian dalam tas pinggang Stormer, terdapat alat sensor bunyi yang berbentuk kotak kecil berwarna hitam. Alat tersebut akan menandakan jumlah nominal uang melalui bunyi yang dihasilkan.
Selain itu, terdapat pula alat scanner yang difungsikan untuk mengidentifikasi warna uang sesui nominal. Sedangkan di bagian belakang sensor bunyi, terdapat lima lapis kantong yang difungsikan untuk menyimpan uang.
Nah, tiap-tiap lapis kantong tersebut menyimpan jumlah nominal uang yang berbeda. Untuk mengetahui perbedaan tersebut, diberikan kode hurup braille yang terpasang di bagian ujung lapis kantong.
Hal ini bertujuan agar uang yang dimasukan tidak akan tercampur nilai nominalnya. Sistem kerja dari tas pinggang Stormer ini terbilang cukup mudah untuk dimengerti.
Pertama-tama, penguna terlebih dahulu menempelkan uang pada sensor bunyi yang telah disediakan. Apabila sensor bunyi didekatkan uang Rp 100 ribu, alatnya akan berbunyi dua kali panjang.
Sedangkan uang yang nominalnya dibawah Rp 10 ribu, alat tersebut akan berbunyi tiga kali pendek.
Setelah mengetahui jumlah nominal uang pada sensor bunyi tersebut, selanjutnya pengguna meraba kode hurup braille untuk menentukan tempat uang di lapis kantong.
"Untuk menghidupkan sensor tersebut, kami tidak menggunakan baterai, melainkan menggunakan power bank yang dipasang di bagian dalam bawah tas," jelas Arya.
Arya beralasan, lebih menggunakan power bank ketimbang baterai, karena lebih mudah digunakan dan mudah untuk diisi ulang.
Dalam pembuatan tas Stormer, Arya dan teman-temannya menghabiskan dana kurang lebih Rp 1 juta dalam kurun waktu dua minggu.
Pria ini Terekam CCTV Lakukan Hal Tak Senonoh pada Anak Kecil di Swalayan, Orang Tua Harus Waspada https://t.co/9GSjQQFRRS via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 16, 2017
"Alasan kami membuatnya selama dua minggu karena terbentur jadwal ujian dan beberapa kesibukan lainnya, dan Saya bersyukur tas ini dapat diselesaikan sebelum jatuh tempo dalam perlombaan LDABDN di Bandung," tutur Arya.
Meski hanya mendapatkan peringkat tiga pada perlombaan tersebut, Arya dan kawan-kawan merasa sangat puas.
"Kerja keras kami akhirnya terbayar sudah dari kemenangan ini, yah meski dapat peringkat tiga gak apa-apa lah yang penting ada kontribusi dari kami untuk penyandang disabilitas netra," kata Arya.
Arya mengaku, tas buatan ia dan temannya itu telah dilirik para investor, mereka akan lebih menyempurnakannya agar lebih layak dijual di pasaran.