Krisis Kemanusiaan Rohingya
Ini Komentar Warga Myanmar Soal Tragedi Kemanusiaan di Rakhine State
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar pada 25 Agustus 2017 membuat sekira 400.000 orang melarikan diri ke Bangladesh.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNJABAR.CO.ID, JAKARTA - Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar pada 25 Agustus 2017 membuat sekira 400.000 orang melarikan diri ke Bangladesh.
Tragedi kemanusiaan tersebut menjadi pemberitaan santer di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.
Banyak korban, terutama dari kelompok masyarakat yang beragama Islam membuat tragedi kemanusiaan tersebut menjadi perhatian banyak pihak.
Lalu bagaimana warga Myanmar sendiri melihat tragedi kemanusiaan itu terjadi di negaranya?
Baca: Heboh! Essien Mencicipi Wajit dan Dodol Saat Blusukan di Pasar Tradisional, Lihat Videonya di Sini
Dari beberapa orang yang ditemui Tribunnews di Kota Yangon, tidak banyak orang yang ingin mengungkapkan pendapatnya, bahkan cenderung menghindar.
Namun, Tribunnews tidak sempat bertanya siapa nama warga tersebut karena keterbatasan bahasa.
Mereka yang ditemui sulit berbahasa Inggris dan sulit melafalkan nama mereka secara tepat.
Bukan Jessica Iskandar dan Bella Shofie, Artis Ini Pamer Girls Squad Versinya: Cantik dan Pintar https://t.co/Rqd3EXMPLT via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 26, 2017
Tiga diantara lima orang yang ditemui di kawasan Swhedagon Pagoda itu langsung memalingkan mukanya sambil melambaikan tangan pertanda enggan berkomentar.
Dua lainnya yang ditemui di lokasi yang sama, sempat berkomentar bahwa mereka sama sekali tidak ingin ikut campur mengenai hal itu.
"Itu bukan urusan saya," kata pria yang mengenakan sarung atau Longyi itu.
Bahkan, pria lainnya menilai apa yang terjadi di Negara Bagian Rakhine itu murni penindakan yang dilakukan Pemerintah untuk ketertiban dan keamanan nasional negara Myanmar.
Diketahui, 30 pos kepolisian dan pangkalan militer di Myanmar yang diserang pada tanggal 25 Agustus waktu itu dikakukan kelompok yang menamai dirinya ARSA.