Wow! Ada Naskah Kuno Berisi Rangkuman 3 Kitab Dunia di Situs Kabuyutan Ciburuy

Dari hasil penelitian, penulis naskah kuno tersebut merupakan penyair dari Negara Hindia atau dari Kerajaan Hindu Budha.

Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Firman Wijaksana
Naskah kuno yang disimpan di Situs Kabuyutan Ciburuy. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG- Tulisan bisa menjadi sebuah karya yang dikenang. Terutama jika berisi petuah-petuah kehidupan.

Zaman dulu, masih sedikit orang yang mengabadikan petuahnya dalam sebuah naskah. Keberasaan naskah kuno pun menjadi benda yang amat berharga.

Salah satunya kumpulan naskah kuno yang masih terjaga berada di Situs Kabuyutan Ciburuy, Kampung Ciburuy, RT 1/5, Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong.

Naskah kuno itu ditemukan pada tahun 1483 masehi. Namun umur naskah tersebur diperkirakan lebih tua.


Juru kunci Situs Kabuyutan Ciburuy, Nana Suryana (36) alias Ujang, merupakan keturunan ke 149 yang menjaga naskah kuno tersebut.

Nana Suryana alias Ujang menunjukkan piagam penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka sebagai pelestari naskah kuno yang diberikan Perpustakaan Nasional di Situs Kabuyutan Ciburuy, Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, Kamis (14/9/2017).
Nana Suryana alias Ujang menunjukkan piagam penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka sebagai pelestari naskah kuno yang diberikan Perpustakaan Nasional di Situs Kabuyutan Ciburuy, Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, Kamis (14/9/2017). (Tribun Jabar/Firman Wijaksana)

Menurutnya naskah tersebut sudah turun temurun dijaga oleh keluarganya di situs seluas 1.570 meter itu.

Terdapat tiga judul naskah kuno yang berada di Situs Kabuyutan Ciburuy. Dari ketiga naskah, baru satu naskah yang telah diterjemahkan.

Baca: Keluarga Kenang Sosok Imam Taufik Hidayat, Ternyata Pernah Dilarang Jadi Petugas Damkar

"Judul yang pertama itu amanat galunggung siksa kandang kareusian. Kareusian itu artinya kewalian. Terus ada sewakadarma atau pujangga manik dan terakhir ramayana," ujar Ujang saat ditemui di Situs Kabuyutan Ciburuy, Kamis (14/9/2017).

Naskah-naskah kuno tersebut tertulis dalam aksara sunda buhun dalam daun lontar. Setiap huruf yang ada di naskah ditulis menggunakan dua cara. Yakni memakai tinta dan diukir.

Penggunaan daun lontar sebagai simbol agar bisa disalin, dibaca, dan digali maknanya. Penelitian tentang naskah kuno tersebut baru dimulai pada tahun 2007 yang digagas peneliti dari Universirtas Padjajaran.


"Ada juga peneliti dari Jerman, Itali, dan Belanda yang ikut membantu. Hasilnya belum diketahui semuanya. Baru naskah kedua soal pujangga manik yang bisa diterjemahkan," kata Ujang yang sudah menjadi kuncen sejak 2001 menggantikam ayahnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved