Dampak Narkotika Jenis Flakka Mengerikan, Ini Antisipasi Peredarannya yang Dilakukan BNNP Jabar

Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa Barat menyelidiki kemungkinan peredaran flakka di Jawa Barat. Flakka diketahui sebagai . . .

TRIBUN JABAR/M SYARIF ABDUSSALAM
Kepala BNN Jawa Barat, Brigjen Pol Rusnadi, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, dan Wagub Jabar Deddy Mizwar dalam Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (24/7/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa Barat menyelidiki kemungkinan peredaran flakka di Jawa Barat.

Flakka diketahui sebagai narkotika jenis baru dengan efek merusak sisi psikologis penggunanya sampai seperti zombie yang ditampilkan di sejumlah film.

Kepala BNN Jawa Barat, Brigjen Pol Rusnadi, mengatakan narkotika jenis flakka ini terdeteksi sudah masuk ke Indonesia.

Namun, pihaknya belum bisa memastikan jika narkotika bernama kimia Desmethyl Pyrovalerone atau Alpha Pyrrolidinopentiophenone tersebut sudah masuk Jawa Barat.

"Itu lagi diselidiki dulu, yang pasti sudah masuk ke Indonesia. Sekarang belum tergambar di Jawa Barat," kata Rusnadi di sela Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (24/7/2017).

Rusnadi mengatakan pengguna flakka dapat dipastikan bukanlah pengguna baru narkoba, melainkan orang-orang yang sudah pernah menggunakan narkoba jenis lain. Karenanya, Rusnadi mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan jika mengetahui peredaran flakka di Jawa Barat.

"Kalau ada informasi dari masyarakat, kita BNN juga bisa menangkap. Kemarin juga kita tangkap pengedar 70 kilogram ganja dari Aceh di Cirebon," katanya.

Selama ini diketahui, flakka menyebabkan penggunanya berhalusinasi dengan tingkatan jauh lebih tinggi dibandingkan saat menggunakan narkoba yang telah dikenal sebelumnya. Penggunaannya pun dapat berakibat paranoia dan berujung kematian atau keinginan untuk bunuh diri.

Berdasarkan data dari Polda Jabar, katanya, pada 2015 terdapat sekitar 2.000 kasus nerkoba dan pada 2016 menjadi 3.000 kasus. Sampai pertengahan 2017, katanya, jumlah kasus narkoba pun terus naik.

Rusnadi mengatakan dari berbagai kasus penggunaan narkoba yang ditangani, ganja masih menjadi jenis narkoba yang paling banyak digunakan. Kemudahan mendapatkan dan masih banyaknya produksi ganja di Indonesia menjadi faktor penggunaan ganja masih marak.

Meskipun jenis ganja masih menjadi yang paling marak digunakan, Rusnadi mengaku pihaknya pun mewaspadai peredaran narkoba jenis baru. BNN Jawa Barat pun aktif melakuakan rehabilitasi kepada para korban. Tercatat pada 2016, sebanyak 300 pengguna narkoba direhabilitasi.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menyatakan komitmennya memerangi bahaya narkoba di Jawa Barat, khususnya di lingkungan Pemprov Jabar, salah satunya melalui tes urine secara mendadak.

"Kita sudah tiga kali tes urine, hasilnya negatif semua. Insyaallah akan ada lagi tes urine. Supaya tidak ada kecurigaan, kita lakukan mendadak," katanya.

Aher mengatakan peringatan Hari Anti Narkotika Internasisonal menjadi momentum meningkatkan komitmen upaya memberantas narkoba di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Sebab, narkoba masih menjadi musuh utama yang mengancam generasi muda bangsa.

"Kita tidak ingin generasi muda kita terjebak kemudian celaka kemudian masa depannya suram gara-gara narkoba. Oleh karena itulah mari kita bersatu padu semuanya, semua komponen masyarakar baik keluarga, sekolah, masyarakat sosial, instansi swasta maupun pemerintah semua kita bersatu padu untuk menjaga para anggota masyarakatnya keluarganya dari bahaya narkoba," kata Aher.

Aher pun meminta kepada orang tua dan guru untuk membuka diri serta memberikan perhatian yang penuh kepada anak-anaknya di runah, sekolah, dan lingkungannya. Karena perhatian tersebut dapat mencegah terjerumusnya pada pergaulan bebas yang membahayakan. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved