Yusuf Gozali, Pesuling Jalanan Difabel yang Anti Mengemis
Sambil menitikkan air mata, ia bercerita sebenarnya jika mengingat kejadian yang menimpanya 29 tahun lalu itu ia sangat sedih
Penulis: Theofilus Richard | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Di tengah teriknya matahari di siang hari, seorang dengan kaki tidak sempurna memainkan suling khas Budaya Sunda di satu sudut trotoar dekat Gerbang Selatan Stasiun Kereta Api, Kota Bandung.
Pria bernama asli Yusuf Gozali, yang ditemui Tribun Jabar pada Sabtu (17/6/2017) mengaku biasa mengamen dari pagi hingga siang hari sekira pukul 12.00 WIB.
Pria yang memiliki rumah di Cianjur tersebut kehilangan separuh kakinya dalam sebuah kecelakaan di tahun 1988 di rel kereta api di Jombang.
Yusuf Gozali mengaku terpeleset saat menunggu kereta api, sehingga kakinya tergilas kereta api.
"Di Jombang, hilang KTP dan uang, ketika saya naik ke gerbong, terpeleset," jelas Yusuf Gozali.
Untuk berjalan, Yusuf Gozali menggunakan bantalan busa yang dibalut kaus kaki agar tidak sakit ketika berjalan.
Sambil menitikkan air mata, ia bercerita sebenarnya jika mengingat kejadian yang menimpanya 29 tahun lalu itu ia sangat sedih, tetapi berusaha tabah dengan kehidupannya sekarang.
"Sebenarnya mah kalau ditanya sedih, ya sedih. Kena musibah," ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Selepas kecelakaan tersebut, ia berpisah dengan istrinya.
Tetapi beruntung, ada seorang wanita baik hati yang menerima Yusuf Gozali sebagai suami.
Ia menikah dengan istrinya yang berasal dari Cianjur pada tahun 1995, tepat enam tahun setelah kecelakaan itu menimpanya.
Dari pernikahannya yang kedua kali, Yusuf Gozali memiliki empat anak dan dua cucu.
Untuk menafkahi istri dan anak-anaknya tersebut, Yusuf Gozali hanya mengandalkan penghasilannya dari mengamen.
Jika sedang beruntung, katanya, ia bisa mendapatkan Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu.