Cerita Marlina, Penderita Kelainan Mulut yang Bercita-cita Jadi Guru
"Marlina cita-citanya jadi guru. Makanya keinginannya cuman satu, ingin sekolah,"
Penulis: Theofilus Richard | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Ia mengatakan Marlina sangat iri dengan teman-temannya yang bisa bersekolah.
"Ya mudah-mudahan saja ada rejekinya Marlina," ujarnya.
Kini Nunung tinggal bersama Ucup, suami yang dinikahinya dua tahun lalu, dan keenam anaknya.
Mereka tinggal di rumah mertua Nunung di belakang sebuah minimarket Jalan Cibiru.
"Kalau mau ke sana, tanya saja, 'rumahnya Marlina', " ujarnya.
Empat dari enam anak di rumah itu adalah anak Nunung dari pernikahan dengan Lili.
Ucup bekerja sebagai calo angkot di Alun-alun Ujung Berung.
Sehari-hari, Nunung, hanya mengawasi anaknya bermain di Alun-alun Ujungberung dari siang sampai sore.
Bantuan terhenti
Setelah melahirkan Marlina, Nunung mengaku mendapat bantuan dari sebuah yayasan yang dipegang seorang bernama Aji Hudaya.
Bantuan Aji Hudaya diterimanya selama lima tahun tapi berhenti sejak dua tahun lalu.
"Dulu (Aji Hudaya) sering ngasih bantuan mie, beras, kebutuhan sehari-hari, biaya perawatan Marlina. Tiap bulan juga kasih Rp 250.000," kata Nunung.
Dari bantuan itu, Nunung berhasil membiayai satu kali operasi pada mulut Marlina.
Saat ini Nunung mengaku sulit mengaku sulit melanjutkan pengobatan Marlina karena kondisi ekonomi yang sulit dan belum mendapat bantuan dari manapun.
"Suami jadi calo angkot juga paling sehari dapat Rp 15.000-Rp 20.000," ujarnya.
Selain menjadi calo angkot, kadang-kadang Ucup pun memulung rongsokan untuk dijual per kilogram.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/marlina_20170612_164623.jpg)