Tindak Kekerasan
Shinta - Warga Asal Ciparay Disiksa Pakai Zat Radio Aktif oleh Suaminya di Taiwan
Keluarga Shinta meminta pertolongan pemerintah untuk memulangkannya dari Taiwan ke Tanah Air.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
CIPARAY, TRIBUNJABAR.CO.ID - Shinta Islamiati (25), warga Kampung Medal Laksana, Desa Cikoneng, Kecamatan Ciparay, mengaku mengalami penyiksaan dan penyekapan oleh suaminya, warga negara Taiwan. Keluarga Shinta pun meminta pertolongan pemerintah untuk memulangkannya dari Taiwan ke Tanah Air.
Ayah Shinta, Aep Muhammad (50), mengatakan awalnya pada Maret 2015, Shinta diberangkatkan PT Mitra Sinergi Sukses Taiwan setelah mendapat pelatihan 3 bulan. Di Taiwan, Shinta sempat bekerja selama 24 jam, kemudian kabur karena tidak diperbolehkan beristirahat dan tugas yang diberikan terlampau berat.
Shinta kemudian datang ke agensi ketenagakerjaan di sana kemudian dipindahkan kerja ke perkebunan sayuran. Shinta pun hanya bisa bekerja selama tiga minggu karena perusahaan tersebut tak dapat membayar upahnya. Shinta kemudian bekerja kembali di sebuah pabrik minuman selama beberapa minggu.
"Kemudian dia kabur lagi karena tugasnya terlalu keras dan tidak sesuai perjanjian. Mengadu kepada polisi, malah dipenjara karena tidak punya uang untuk pulang ke Indonesia. Paspor, uang, dan pakaian, semuanya ditahan agensi ketenagakerjaan di sana," kata Aep saat ditemui di rumahnya, Selasa (6/12).
Saat menjalani penahanan di penjara, kata Aep, Shinta kemudian dibebaskan oleh seseorang bernama Hai Ming yang kemudian menikahi Shinta. Ijab kabul dilakukan melalui video call dari smartphone bersama Aep.
Sejak menikah bersama Hai Ming, barulah Shinta mengirimkan uang kepada keluarganya di Tanah Air. Kiriman pertama sebesar Rp 12 juta untuk biaya kurban saat Iduladha tahun lalu, kemudian mengirimkan kembali Rp 6 juta dan Rp 7 juta, beberapa bulan setelahnya. Padahal saat bekerja di rumah sakit, kebun sayuran, dan pabrik minuman, dia dijanjikan gaji Rp 7 juta sampai Rp 17 juta per bulan.
Semenjak itu, Aep tidak pernah menerima kabar dari putri kedua dari tujuh bersaudara ini. Baru 10 hari lalu, Aep menerima SMS dari Shinta. Isinya tidak menyenangkan. Shinta mengatakan dirinya disekap oleh suaminya, kemudian dipukuli, disetrum, dan dilukai pakai zat radioaktif.
"Terakhir SMS bilang katanya mata dia sudah tidak jelas melihat, syarafnya sering terganggu, sering kejang. Kata suaminya, dia tidak boleh pulang dan harus mati di Taiwan. Parahnya, katanya anak saya mau dijual ginjalnya Rp 100 juta untuk biaya dia pulang, saya larang keras," katanya.
Padahal dari pernikahan dengan warga Taiwan tersebut, Shinta mendapat seorang anak yang kini berusia tiga bulan. Sebelum berangkat ke Taiwan pun, Shinta meninggalkan anak berusia dua tahun di kampung halamannya dari hasil pernikahan dengan mantan suaminya.
Sebelumnya pun, Shinta sempat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi selama dua tahun. Shinta memiliki kecakapan Bahasa Inggris yang baik dan akhirnya dapat diterima bekerja di Taiwan.
"Saya mohon pertolongan pemerintah untuk memulangkan anak saya dengan selamat, mumpung masih hidup. Dia di sana disiksa. Yang penting dia pulang saja dulu dengan selamat," katanya. (sam)
Siapa suami Shinta itu sehingga tega melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya dan apakah pemerintah merespon permohonan Aep, ayahnya Shinta? Baca selengkapnya di Koran Tribun Jabar edisi Rabu (7/12/2016).