Workshop Gender Mainstreaming

Netty : Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jabar Seperti Fenomena Gunung Es

Kekerasan terjadi, lanjut Netty, karena banyak faktor. Mulai dari permaslahan dalam internal keluarga seperti . . .

Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUN JABAR/RAGIL WISNU SAPUTRA
WORKSHOP GENDER MAINSTREAMING - Sejumlah peserta Workshop Gender Mainstreaming yang digagas oleh Pusat Studi Gender dan Anak Lembaga Penelitian dan Pegandian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, tengah menyimak materi yang disampaikan pembicara di Hotel Puri Khatulistiwa, Jatinangor, Selasa (2/8/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Wisnu Saputra

JATINANGOR, TRIBUNJABAR.CO.ID - Kepala Pusat Pelayaanan Terpadu Pendataan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan mengatakan, kekerasan terhadap perempuan terhadap anak di Jawa Barat seperti fenomena gunung es.

"Memang betul jika kekerasan terhadap anak itu hari ini seperti fenomena gunung es. Kasus kekerasan masih banyak. Tapi banyak masyarakat yang belum berani atau enggan melaporkan," ujarnya kepada Tribun saat ditanyai usai memberikan materi di kegiatan Workshop Gender Mainstreaming di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor, Selasa (2/8/2016).

Menurut Netty, kasus kekerasan di Jawa Barat cenderung meningkat. Bahkan laporan angka kekerasan yang diharapkan menurun pada Bulan Ramadan kemarin pun justru meningkat.

"Kami berharap turun jumlahnya tapi ternyata tetap saha masih ada kekerasan dan laporandi bulan ramadan. Persentase peningkatannya mah saya kurnag tau yang jelas trennya meningkat," katanya.

Kekerasan terjadi, lanjut Netty, karena banyak faktor. Mulai dari permaslahan dalam internal keluarga seperti kerapuhan dalam membangun keluarga, komitmen dalam pengasuhan anak hingga saat memulai pernikahan.

Dengan begitu, kata dia, banyak celah kosong yang dapat meninbulakan kekerasan itu terjadi jika adanya kerentanan dalam keluarga yang dinilai dapat memperok-porandakan nilai keluarga.

"Bahkan pengaruh perbedaan gender itu juga salah satu faktornya. Masyarakat pada umumnya masih mempersepsikan jika perempuan itu lemah," kata dia. (raw)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved