Gerakan Fajar Nusantara
Gafatar Sumedang Menghilang Tanpa Jejak, Keanggotaannya Sudah Tak Terdaftar di Kesbangpol
Sejak muncul di Sumedang dan membuat sekretariat serta melakukan kegitan sosial dan budaya kami mengikuti gerak-geriknya
Penulis: Deddi Rustandi | Editor: Kisdiantoro
SUMEDANG, TRIBUNJABAR.CO.ID – Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sempat membuka sekretariat di Sumedang pada tahun 2014. Gafatar juga didaftarkan sebagai ormas ke Kantor Kesatuan Bangsa Politik (Kesbangpol) Pemkab Sumedang. Sekretariat Gafatar menyewa sebuah rumah di Tanjungsari persis di depan Mesjid Raya Ciromed dan berhadapan dengan SPBU Ciromed, Tanjungsari.
“Tahun 2014 sempat mendaftarkan ke Kesbangpol dan bergerak dalam kegiatan sosial tapi setelah itu menghilang dan tak mendaftar ulang,” kata Kepala Kantor Kesbangpol, Bambang Rianto, Rabu (13/1).
Menurutnya, di bekas sekretariat Gafatar juga tak terlihat lagi aktivitasnya lagi. “Hanya beberapa bulan saja melakukan aktivitas sosial dan setelah itu menghilang begitu saja,” kata Bambang.
Kepala Satuan (Kasat) Intel Polres Sumedang, AKP Tuzaeroni menyebutkan sejak kemunculan Gafatar di Sumedang anggotanya terus mengikuti setiap aktivitas organisasi yang menjadi bahan perbincangan saat ini.
“Sejak muncul di Sumedang dan membuat sekretariat serta melakukan kegitan sosial dan budaya kami mengikuti gerak-geriknya,” kata Tuzaeroni di Mapolres, Rabu (13/1)
Menurutnya, karena terus diikuti gerak-geriknya membuat Gafatar tak lagi membuka sekretariat di Sumedang dan menghilang begitu saja. “Termasuk nomor pengurus Gafatar juga tak aktif lagi setelah menghilang dari Sumedang dan sampai saat ini nomor pengurus Gafatar itu saya simpan,” katanya.
Sebelumnya, Tribun sempat mengabarkan Desember lalu, Idah (32) ibu dua anak menghilang tanpa pesan ke suami dan anaknya setelah ada yang menjemput sejak 26 Oktober 2015.
Warga Kampung Bakom, Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu itu sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Ace Sugiarto (39) suami Idah mendapat kabar dari anaknya kalau istrinya tak lagi pulang ke rumah setelah pergi dijemput wanita bercadar. Ace sendiri bekerja di Jakarta dan hanya bisa pulang sebulan sekali. Tapi kewajibannya memberi nafkah selalu ditunaikan, setiap minggu kerap mentranser uang untuk kebutuhan hidup istri dan anaknya, Yulia Hartini (13) dan Iklas Rahayu (11). (std)