Dari Masjid ke Masjid
Pembangunannya Butuh Waktu 37 Tahun
Penggambarannya, sejak dirintis pada 30 Januari 1954, Masjid Raya Mujahidin, yang berdiri megah di atas tanah seluas sekitar 2.800 meter persegi itu
Penulis: Dicky Fadiar Djuhud | Editor: Darajat Arianto
Lebih jauh, cita-cita sebagai tenda budaya dikemukakan Sani dimaksudkan bahwa Masjid Raya Mujahidin, diharapkan dapat menjadi pusat keilmuan dan pengembangan keadaban (cerdas lahir dan batin). Cita-cita ini diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan program pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Madrasah Diniyah (MD), dan Pesantren Luhur (tempat berkumpul mahasiswa dan sarjana untuk menggali serta mengembangkan ilmu agama).
Selain itu, kata Sani, untuk perwujudan masjid sebagai tenda budaya ini, Mujahidin juga mengembangkan perpustakaan masjid, penataan ruangan-ruangan yang kondusif untuk pengembangan keilmuan, serta penyediaan multi media.
"Melengkapi cita-cita besar kami, sejalan pula dengan visi, misi, dan tujuan, maka Badan Ta'mir Raya Mujahidin diarahkan kepada penguatan tiga basis peradaban. Yaitu, kemanusiaan, keilmuan, dan spiritualitas," kata Sani. (*)