Sesar Lembang Ulang Tahun Gempa, LlPI Ingatkan Ancaman Gempa 7 SR
Berdasarkan penelitian ahli, di Jepang saat gempa di Kobe terjadi sampai 6,9 Skala Richter
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mengintensifkan sosialisasi dan edukasi tentang kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi kepada masyarakat di sekitar kawasan Sesar Lembang.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jabar, Supriyatno, mengatakan penggencaran edukasi ini menyusul informasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang mengumumkan sesar di utara Bandung sepanjang 29 kilometer tersebut mengalami fase pelepasan energi atau biasa disebut dengan ulang tahun gempa.
"Alam ini tidak bisa kita cegah kemauannya. Yang bisa kita lakukan adalah mensosialisasikan, mengedukasi, dan melakukan simulasi kepada masyarakat supaya sadar, berpengetahuan, dan terampil, saat bencana terjadi untuk menyelamatkan diri," kata Supriyatno saat dihubungi, Rabu (20/3/2019).
Dari data yang diterimanya dari LIPI, katanya, dalam waktu dekat Sesar Lembang akan melepaskan energi yang menimbulkan gempa sampai 7 Skala Richter. Selama ini pun diketahui bahwa Sesar Lembang selalu menjadi salah satu isu utama terkait bencana di Cekungan Bandung.
"Kami terus ikuti perkembangan terhadap situasi kondisi Sesar Lembang ini. Memang sejak dulu, tapi kita secara intensif kini melakukan sosialisasi, edukasi, dan simulasi, terutama kepada sekolah yang ada di koridor Sesar Lembang," katanya.
Supriyatno mengatakan edukasi kebencanaan begitu penting dalam penanggulangan bencana karena secara ilmiah, 90 persen masyarakat bisa selamat manakala miliki kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan bencana.
"Berdasarkan penelitian ahli, di Jepang saat gempa di Kobe terjadi sampai 6,9 Skala Richter, hanya 200 orang jadi korban. Tapi di tempat lain, seperti di Chili, dengan skala yang sama korban gempa bisa mencapai 3.000 orang. Ini yang membedakan pengetahuan warga tentang bencana," katanya.
Sesuai arahan Gubernur Jabar Pak Ridwan Kamil, katanya, pihaknya masih merancang blue print atau cetak biru West Java Resillience Culture Blue Print. Cetak biru ini mengatur semua hal yang berkaitan dengan bencana di Jawa Barat untuk diterapkan di masyarakat.
"Penanganan bencana itu sekarang sudah bergeser, yang tadinya responsif jadi pencegahan. Jadi kita tanggap darurat dan tanggap bencana. Kita juga bergerak ke pencegahan dan kesiagaan, gimana supaya tidak terjadi bencana. Dan saat bencana tidak bisa ditolak, kita siapkan," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengumumkan adanya fase pelepasan energi atau biasa disebut dengan ulang tahun gempa. Hal itu disampaikan langsung oleh Peneliti LIPI, Mudrik R Daryono setelah melakukan pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat di Kantor Pemda, Kamis (14/3).
Mudrik menyampaikan LIPI melakukan penelitian terkait gempa Sesar Lembang yang membentang sepanjang 29 kilometer melewati lima kecamatan, mulai dari Kecamatan Padalarang, Ngamprah, Cisarua, Parongpong, sampai Lembang.
Mudrik juga mengingatkan kepada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk menyampaikan kepada masyarakat untuk waspada terhadap sumber bencana tersebut. Mudrik juga mengakui bahwa pemda telah melakukan prosedur pencegahan yang dipimpin langsung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Dari penelitian LIPI ini juga, Mudrik menyebut Sesar Lembang dapat menghasilkan potensi guncangan dari 6,5 SR hingga 7 SR. Namun, dia percaya kepada BPBD KBB dapat menanggulangi atau meminimalisasi dampak karena Pemda KBB sangat antusias dan memperhatikan hasil temuan riset yang dilakukan LIPI.
Secara hitung-hitungan, Mudrik menyebut saat ini telah memasuki fase siklus pelepasan energi. Siklus ini, lanjut dia, sudah selama 560 tahun belum terjadi gempa kembali.