Bocah di Tasikmalaya Punya Kelamin Ganda, Sang Ibu Berurai Air Mata Ceritakan Kondisi Anaknya
Meski pada akta kelahiran tercatat sebagai laki-laki, bocah di Tasikmalaya ini memiliki kelamin ganda.
Penulis: Isep Heri Herdiansah | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isep Heri
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA- Dani Wahyudin, bocah yang belum genap berusia 4 tahun, asal Desa Pesanggrahan, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya mengidap kelainan organ vital.
Meski pada akta kelahiran tercatat sebagai laki-laki, anak kedua dari pasangan Dodi Suhrodi (39) dan Ee Amalia (36) ini memiliki kelamin ganda.
Kondisi keterbatasan ekonomi menjadikan orang tua bocah itu tidak sanggup berbuat apa-apa.
Sang ayah Dodi Suhrodi yang hanya pekerja serabutan tidak bisa mengandalkan tenaganya kembali setelah terkena stroke belum lama ini.
Sang ibupun, Ee Amalia pada Jumat (15/2/2019) mendatangi kantor KPAID Kabupaten Tasikmalaya untuk mengadukan kondisi anaknya serta berharap ada bantuan.
• Viral! Pria Banting Motor di Mesjid Agung Ciawi Tasikmalaya Seperti Ini Suasananya [VIDEO]
• Ancaman Sampah di Pesisir Cukup Serius, Sampah dari Aliran Sungai Bermuara di Laut
Ee Amalia yang sesekali berurai air mata menceritakan kondisi lahir yang diderita anaknya itu.
"Saya hanya bisa pasrah untuk sekarang, karena tidak ada biaya," katanya.
Saat buang air kecil, ucap Ee Amalia, anaknya itu tidak mengeluarkan air seni dari kelamin laki-lakinya namun dari lubang kecil yang menyerupai kelamin perempuan.
Meski dalam kesehariannya, sang anak bersikap layaknya bocah pada umumnya, keluarga Ee Amalia berkeinginan ada tindakan medis bagi Dani.
• Kematian Nuryanto dan Ai Munawaroh Berkaitan, Kaitannya Apa? Mabes Polri: Jangan Dulu Dibuka
"Keinginan saya dan suami ingin dioperasi, biar laki-laki seutuhnya. Karena kalau pipis selalu seperti laki-laki (berdiri). Suka mobil mobilan, biasa normal keinginan anak lelaki begitu," harap Ee Amalia.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto mengatakan akan mengupayakan solusi bagi Dani Wahyudin.
KPAID berjanji mengkomunikasikan hal ini pada pemerintah daerah dan pihak medis.
"Sebetulnya ini membutuhkan analisa dan diagnosa yang mendalam. Perlu pemeriksaan medis untuk memeriksa hormon sang anak, apakah hormonya itu lebih ke laki-laki, atau perempuan. Kami akan berupaya mencarikan solusi, karena secara ekonomi keluarganya tidak mampu," Kata Ato.