Dengan Membuat Catatan Keuangan, Omzet Dadi Melejit Hingga Belasan Juta Rupiah

Hal seperti ini sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya. Jadi memang banyak yang saya dapatkan dari pelatihan program RISE tersebut,"

Penulis: Darajat Arianto | Editor: Darajat Arianto
ISTIMEWA
Dadi Rosida (32), penyandang disabilitas tengah memperbaiki elektronik di rumahnya di Kampung Cileunca, Desa Tenjolaut, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Darajat Arianto

CATATAN kecil soal keuangan rumah tangga kerap dianggap sepele oleh sebagian orang. Arus uang masuk dan uang keluar sering dianggap biasa dan dinilai tidak perlu dicatat secara khusus. Karena itu, catatan keuangan seringkali dinilai tidak begitu penting untuk kehidupan sehar-hari.

Padahal, dari catatan kecil itulah tersimpan manfaat besar yang ternyata bisa mengubah perekonomian keluarga. Arus keuangan yang tercatat dengan baik mampu memberikan gambaran kondisi keuangan dalam beberapa bulan ke depan.

Hal ini pula yang dirasakan Dadi Rosida (32), seorang tuna daksa yang membuka usaha warnet dan jasa service elektronik. Dadi merasakan manfaat besar dari membuat catatan kecil keuangan tersebut setelah mendapatkan pelatihan dari Maybank Indonesia melalui program Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE).

RISE merupakan program pembinaan kewirausahaan (entrepreneur mentorship) dan keuangan kepada para penyandang disabilitas. Program ini terdiri dari pelatihan dan mentoring terstruktur yang bertujuan membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha para penyandang disabilitas sehingga dapat memberikan dampak positif bagi komunitas di sekitarnya.

Dadi menjelaskan, ia mengikuti program RISE pada 22-24 November 2017 di Bandung, bersama dengan sekitar 40 orang penyandang disabilitas lainnya. Pada pelatihan tersebut, Dadi mendapatkan sejumlah materi yang membuka wawasan yang selama ini kurang diperhatikannya.

Materi pada program RISE tersebut, kata Dadi, di antaranya adalah manajemen keuangan seperti soal pencatatan keuangan setiap hari dan alokasi keuangan. Alokasi yang disiapkan antara lain untuk kebutuhan sehari-hari, untuk membeli peralatan service, biaya operasional seperti listrik, dan membuat dana cadangan.

"Kami juga diajarkan bahwa dana cadangan ini penting untuk mengantisipasi kebutuhan sehari- hari kita setidaknya sampai tiga bulan ke depan, terutama jika usaha kita sedang turun. Hal seperti ini sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya. Jadi memang banyak yang saya dapatkan dari pelatihan program RISE tersebut," ujar Dadi yang jatuh dari pohon pada 2014 yang membuatnya harus selalu pakai alat bantu untuk berjalan.

Setelah mengikuti program RISE, Dadi kemudian mencoba menerapkan materi yang diperolehnya khususnya dalam soal pengelolaan keuangan. Warga Kampung Cileunca, Desa Tenjolaut, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat ini, mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangannya sehari-hari. Dari mana pun sumber dana yang masuk ia mencatatnya. Demikian pula ketika mengeluarkan uang untuk kebutuhan apa pun, Dadi selalu menuliskan dalam buku catatannya.

"Ada perubahan main set pada diri saya. Awalnya saya juga menganggap sepele soal catatan keuangan harian. Tapi setelah saya coba menuliskan setiap pemasukan dan pengeluaran, ada terasa bedanya. Saya jadi tahu apa yang harus dibelanjakan dan yang harus disisihkan," ucap pria kelahiran Bandung, 5 Juli 1986 ini.

Setelah tertib membuat catatan keuangan, Dadi pun merasakan hasilnya. Ia jadi tahu dana mana yang bisa digunakan dan mana yang tidak boleh digunakan sebagai dana cadangan tadi. Perkembangan bisnis warnet dan jasa service elektroniknya terus tumbuh.

Yang lebih istimewa adalah semangat Dadi ikut tumbuh. Itu karena pada pelatihan, ia juga mendapatkan materi motivasi. Materi tersebut juga mengubah pola pikirnya. "Kami diberi pemahaman untuk terus berani berusaha. Yang tadinya takut bangkrut menjadi harus berani untuk membuat usaha. Kalau bangkrut atau lagi jatuh, harus mencoba dan mencoba lagi," ujar lulusan SMK 6 Kota Bandung tahun 2004 ini.

Karena itulah, Dadi kemudian berpikir untuk membuka peluang-peluang usaha lainnya. Sesuai keahliannya, ia pun memberanikan diri untuk menawarkan membuat, merancang, dan mengisi materi website bagi kantor-kantor desa. Dadi juga menawarkan jasa pemasangan jaringan internet. Salah satunya dengan menggunakan wifi untuk memudahkan konsumennya.

Ia pun bersyukur banyak yang tertarik dengan sejumlah tawarannya. Dari peluang-peluang itulah, penghasilan Dadi terus bertambah dari yang tadinya sekitar Rp 2,5 juta per bulan, melejit menjadi sekitar Rp 15 juta per bulan.

"Saya juga akan mengembangkan ke bidang pengelasan. Kebetulan saya sudah membuat sketsa sepeda motor bagi kaum disabilitas. Jadi, teknik pengelasan ini diperlukan untuk membuat motor khusus disabilitas khususnya tuna daksa," kata bapak tiga anak ini.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved