Tim ACT Susuri Jalan Berkelok Antarkan Bantuan untuk Korban Gempa Donggala
Warga korban gempa Donggala masih membutuhkan bantuan untuk benar-benar pulih dari bencana. ACT bergerak ke Desa Alindau mengantar bantuan.
TRIBUNJABAR.ID, DONGGALA - Warga korban gempa bumi di Kabupaten Donggala masih membutuhkan bantuan untuk benar-benar pulih dari bencana.
Jika Anda hendak menyambangi para korban gempa, Anda akan menjumpai jalan meliuk, di tepi pantai Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Pada Jumat (12/10/2018) jalanan lengang, hanya beberapa mobil kecil lewat, dan tak jarang dijumpai truk besar pengangkut alat berat juga bantuan bagi korban gempa bumi dan tsunami di Sulsel.
Siang itu, tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) bergerak menuju Desa Alindau, Sindue Tobata, Donggala.
Jalan trans Sulawesi dari Palu ke Donggala arah Tolitoli masih terdapat longsoran. Tebing tepi jalan di sebelah kanan ke arah Tolitoli longsor akibat gempa magnitudo 7,4 pada Jumat (28/9) silam.
• Atlet Panjat Tebing Aries Susanti Rahayu Persembahkan Kemenangan untuk Korban Gempa Palu-Donggala
Separuh badan jalan di beberapa titik masih belum dibersihkan, menghalangi pengendara yang lewat. Setiap pengemudi perlu hati-hati, jalan menjadi licin akibat diselimuti sisa lumpur longsoran, terlebih saat hujan.
Perlu waktu tempuh lebih kurang 95 menit dari pusat Kota Palu ke Alindau. Hari itu, ACT membagikan paket beras, dan sembako lainnya ke pengungsi di Dusun Lima.
Enam dusun bergabung di satu area untuk mengungsi. Di tengah sawah dengan bukit hijau mengelilingi mereka, pengungsi tinggal di bawah atap dan beralas terpal, tanpa dinding penghalang angin.
Salah satu pengungsi, Erwin, mengatakan di Alindau dua orang meninggal dunia. Satu orang tertimpa bangunan saat gempa menghantam magrib itu. Sedangkan seorang lagi meninggal di pengungsian. “Yang meninggal di pengungsian itu ibu hamil 7 bulan, karena trauma,” tuturnya, Jumat (5/10).
• Mahasiswa Korban Gempa Donggala dan Palu Bisa Lanjut Kuliah Melalui E-Learning
Di Alindau, sampai saat ini masih 53 kepala keluarga berlindung di bawah tenda pengungsian.
Sebelum itu angkanya lebih banyak, akan tetapi sebagian sudah kembali ke rumah mereka yang masih utuh, walau dalam keadaan rusak ringan.
Untuk yang rumahnya hancur, korban memilih bertahan di tenda pengungsian. “Rumahku hancur sudah karena gempa,” kata salah satu pengungsi Satiyah.
Potensi pertanian
Pemandangan hamparan sawah padi menemani perjalanan ke Dusun Lima, tempat warga di enam dusun Desa Alindau mengungsi. Beberapa petak sudah selesai panen, tinggal menyisakan damennya saja.
Tapi, tidak sedikit juga petak sawah yang sudah menguning daunnya, merunduk biji beras tanda siap dituai. Terlihat juga dua orang petani sedang memisahkan biji padi dengan pohonnya.