Batu Gilang di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon Sering Didatangi Warga Karena Alasan Ini

"Biasanya saat Maulid Nabi, tapi hari biasa juga ada saja yang datang," kata Raden Muhammad Hafidz Permadi saat ditemui di Museum Pusaka Keraton Kasep

Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Theofilus Richard
Tribun Jabar/Ahmad Imam Baehaqi
Batu Gilang di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jumat (12/10/2018) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Batu Gilang sering kali didatangi warga dari sejumlah daerah.

Menurut Wakil Kepala Bagian Benda dan Bangunan Cagar Budaya Keraton Kasepuhan, Raden Muhammad Hafidz Permadi, warga yang datang berasal dari Cirebon dan sekitarnya.

"Biasanya saat Maulid Nabi, tapi hari biasa juga ada saja yang datang," kata Raden Muhammad Hafidz Permadi saat ditemui di Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jumat (12/10/2018).

Ia mengatakan, tujuan warga yang datang itu ingin mengukur batu tersebut menggunakan tangan.

Pasalnya, ada kepercayaan jika seseorang berhasil mengukur Batu Gilang tepat sembilan jengkal, maka keinginannya akan terkabul.

Gempungan Warga Peduli Unpad Bantah Bawa Isu Kesukuan dalam Proses Pemilihan Rektor Unpad

Klasemen Terkini Perolehan Medali Asian Para Games 2018: China Dominan, Indonesia Urutan Berapa?

Namun, menurut Hafidz, biasanya warga tak berhasil mengukur batu yang berbentuk persegi panjang itu hingga sembilan jengkal.

"Pasti lebih atau kurang, enggak pernah pas. Itu dipercaya dari dulu tapi saya belum pernah melihat ada yang berhasil membuktikannya" ujar Raden Muhammad Hafidz Permadi.

Menurut dia, kini pihak keraton telah melarang warga melakukan hal tersebut.

Bahkan, Batu Gilang pun sengaja ditutupi kaca agar tidak dapat disentuh lagi.

Selain itu, batu sepanjang kira-kira 1,5 meter tersebut dikhawatirkan rusak akibat tangan manusia.

Mengingat batu itu diperkirakan berusia lebih dari 600 tahun.

"Kalau artefak sering kena tangan manusia kan enggak bagus karena sudah rapuh," kata Raden Muhammad Hafidz Permadi.

Dilarang ke Stadion Seumur Hidup, Yuli Sumpil: Saya Beri Pemain Persebaya Uang Katanya Belum Dibayar

Ia mengakui masih ada saja warga yang datang untuk mengukur Batu Gilang.

Namun, saat diberi tahu bahwa hal itu dilarang, warga pun mau mengerti dan kembali pulang.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved