Warga Cikalongkulon Resah Ada Perusahaan Datang Hendak Membeli Puluhan Hektare Sawah di Tiga Desa
Seorang tokoh warga, GR (32) mengatakan, ada bahasa sederhana yakni kalau ada panitia 9 harga tanah. . .
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Laporan Wartawan Tribun Jabar. Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Warga Kampung Tarikolot dan Kampung Batukurung, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, resah karena pihak desa mencatut program pemerintah dan seolah memakai nama
panitia tim 9 untuk menggerakan masyarakat supaya menjual tanah mereka.
Seorang tokoh warga, GR (32) mengatakan, ada bahasa sederhana yakni kalau ada panitia 9 harga tanah akan berbeda atau lebih murah dibandingkan dengan harga yang disepakati oleh pesrusahaan.
"Jadi keresahaan masyarakat ini pada pointnya dikarenakan adanya isu yang dibuat desa untuk jalur puncak dua dan jalan tol. Kami sudah membuat pernyataan sikap penolakan dari warga terhadap perusahaan, desa dan pihak camat terkait dengan pembelanjaan tanah di desa cinangsi," kata GR Selasa (2/10), di Kampung Tarikolot.
GR mengatakan, warga meminta bupati Cianjur untuk mengevaluasi kinerja Desa Cinangsi dan Kecamatan Cikalongkulon, apakah sudah koordinasi atau belum dengan pihak terkait seperti Bapeda, BPN, Dinas PUPR dan lainnya.
"Kalau misalnya pihak desa tidak mengerti atau sudah jelas maksud dan tujuannya perusahaan tersebut untuk apa, maka kami minta pihak desa jangan memfasilitasi perusahaan tersebut," katanya.
GR mengatakan, pertemuan dengan pihak perusahaan pertama kali dilakukan di Gedung GGM Panembong sekitar dua Minggu lalu. Dalam pertemuan tersebut tercetus bahwa warga desa menolak keinginan perusahaan untuk membeli tanah warga.
"Pertemuan tersebut mengundang tokoh dari Kampung Tarikolot, Kampung Pasirwangi, dan Kampung Batukurung," ujar GR.
Ia menyebut tanah yang dijual di Kampung Tarikolot lokasinya tak menentu. Warga semakin bingung dengan plot yang ditawari akan dibeli perusahaan tersebut. Jika desas desus untuk jalan, seharusnya semua rumah yang berada di pinggir jalan harus dibeli.
"Ini tidak pak, contoh ini rumah dan warung ini kena, tapi rumah itu tidak dan rumah sebelah barat itu juga tidak, jadi buat apa dibeli, kalau buat jalan masa jalannya belok belok," katanya.
Ia mengatakan, jika sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah itu jelas kepada warga dengan memperlihatkan peta atau rencana pembangunan jalan maka warga kampung pasti akan mengerti.
"Jika itu program pemerintah, warga juga pasti maklum pa, kami juga mengerti pembangunan dan mengerti harus mendukung pembangunan, tapi ini kan tak jelas buat apa dibeli tanah," katanya.
Seorang warga lainnya mengatakan bahwa sejak adanya kabar perusahaan akan membeli tanah warga, keresahan semakin dirasakan. Banyak warga yang lanjut usia mendadak sakit karena hanya punya tanah sedikit dan takut kena gusur.
"Seharusnya aktif dari perusahaan dan desa itu sosialisasi, karena kami sebagai warga kampung ini sangat awam," kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Ia mengatakan, di Kampung Tarikolot sendiri ada dua RW dan dikenal kampung paling padat di Desa Cinangsi.