Makam Keramat Dalem Sembah Pangudar Merupakan Cagar Budaya
Juru kunci makam, Ojang Syaeful Anwas, mengatakan, makam keramat tersebut telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) sejak dela
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Theofilus Richard
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Makam keramat Dalem Sembah Pangudar atau Raden Haji Pangeran Panji Argaloka di Kampung Cinangka, Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, merupakan satu di antara cagar budaya yang diakui oleh Pemerintah Kabupaten Bandung.
Juru kunci makam, Ojang Syaeful Anwas, mengatakan, makam keramat tersebut telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) sejak delapan tahun lalu.
"Saya juga tercatat sebagai kuncen untuk menjaga makam keramat ini oleh pemerintah," kata Ojang di Makam keramat Dalem Sembah Pangudar, Minggu (30/9/2018).
Terkait pemeliharaan komplek makam, kata Ojang, ia pun melibatkan warga sekitar untuk menjadi pengelola parkir penjaga keamanan, dan petugas kebersihan makam keramat.
"Dikelola juga oleh masyarakat, supaya tempat ini ada dan diketahui oleh masyarakat," katanya.
Penuturan Peristiwa G30S/PKI dari Saksi Hidup, Lolos dari Maut Karena Tertidur di Kolong Truk https://t.co/Npb1EmDipn via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 30, 2018
• Tentang Nonton Film G30S/PKI, Putra DN Aidit: Kaum Milenial Tidak Terkecoh Film Fiksi dan Propaganda
• Satu Korban Tertimpa Reruntuhan Hotel Roa Roa Ditemukan, Total 2 Korban Ditemukan Tewas

Selain itu, makam keramat Dalem Sembah Pangudar pun menjadi salah satu destinasi wisata di Kecamatan Cikancung, karena didatangi oleh banyak wisatawan.
"Banyak peziarah tidak hanya dari Bandung saja, melainkan dari luar pula juga ada," kata Ojang.
Berdasarkan informasi, makam keramat tersebut diketahui merupakan makam Sembah Dalem Pangudar atau Raden Haji Pangeran Panji Argaloka, dikenal oleh masyarakat Kecamatan Cikancung dan Cicalengka, Kabupaten Bandung, sebagai tokoh penyebar ajaran Agama Islam.
Pada abad ke-18, Raden Haji Pangeran Panji Argaloka yang berasal dari Cirebon daerah Kanoman, diutus untuk menyebarkan ajaran Agama Islam secara langsung di wilayah Cinangka yang sekarang terbagi ke dalam tiga wilayah, yaitu Cikancung, Nagreg, dan Cicalengka.
Sampai di Cicalengka, Raden Haji Pangeran Panji Argaloka, kemudian menikah dengan gadis asal Kampung Cihanyir, untuk mempermudah dirinya menyebarkan Agama Islam kepada masyarakat pada saat itu.
Ketika Raden Haji Pangeran Panji Argaloka menyebarkan Agama Islam, kehadiranya sangat diterima oleh masyarakat, karena mampu pula mengobati orang dalam keadaan sakit lahir maupun batin.
Di balik diterimanya ia oleh masyarakat, kehadiran ditolak keras oleh para penjajah dari Negeri Belanda, karena dianggap mengganggu kedudukan para penjajah kala itu.
Geram karena keberadaan Raden Panji Pangeran Argaloka, para penjajah itu kemudian menangkapnya dan memborgolnya, namun, tidak lama kemudian Raden Panji Pangeran Argaloka menghilang.
• Dari Reruntuhan sampai Selokan, Ini Tempat-tempat Balita Ditemukan di Palu Usai Gempa dan Tsunami
• Tak Hanya Instagrammable, Scoop & Skoops Juga Miliki Varian Rasa Es Krim Unik, Ada Rasa Rujak!