Begini Sejarah Berdirinya Cirebon Menurut Kitab Purwaka Caruban Nagari
Babad Cirebon itu dibacakan oleh Pangeran Kumisi atau pejabat berpangkat satu tingkat di bawah Patih Keraton Kanoman.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Sejarah berdirinya Cirebon tertuang dalam Kitab Purwaka Caruban Nagari yang ditulis oleh Wangsakerta pada 1669 Masehi.
Kutipan kitab itu dibacakan setahun sekali dalam ritual pembacaan Babad Cirebon di Bangsal Witana Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Yakni, setiap 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah yang merupakan Hari Jadi Cirebon.
• Gara-gara Tak Boleh Ikut Tes CPNS, 1.500 Guru Honorer se-KBB Ancam Mogok Mengajar Jumat Besok
Kali ini, ritual pembacaan Babad Cirebon kembali dilaksanakan pada Rabu (12/9/2018) malam dan dihadiri ratusan orang.
Babad Cirebon itu dibacakan oleh Pangeran Kumisi atau pejabat berpangkat satu tingkat di bawah Patih Keraton Kanoman.
"Yang dibaca ini cuplikannya saja, kalau dibaca keseluruhan enggak cukup satu malam," kata Pangeran Kumisi sebelum membacakan Babad Cirebon.
7 Kebiasaan Sehari-hari ini Picu Gagal Ginjal, dari Merokok hingga Terlalu Banyak Konsumsi Garam https://t.co/SmlesuiPMf via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 13, 2018
Selanjutnya ia memimpin doa tawasul sebelum membacakan Babad Cirebon.
Dalam Babad Cirebon itu diceritakab, lebih dari 7 abad lalu, Pangeran Walangsungsang dan Ratu Rarasantang ingin memeluk Islam.
Keduanya merupakan anak dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjadjaran.
Setelah meminta doa restu pada Prabu Siliwangi, kakak beradik itu beranjak menemui Syekh Dzatuk Kahfi di Gunung Amparan Jati untuk mempelajari agama Islam.
Dari Kronologi Sampai Solusi, Ini Rangkuman Fakta Konflik Rumah Pak Eko yang Terkurung Bangunan https://t.co/aOPqmTpWZh via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 13, 2018
Selanjutnya, Pangeran Walangsungsang yang diberi gelar Pangeran Cakrabuana mendapat perintah dari gurunya untuk membuka pemukiman di Kebon Pesisir yang berada di sebelah selatan Gunung Amparan Jati.
Sang pangeran langsung melaksanakan perintah sang gurunya untuk membuka hutan Kebon Pesisir itu.