Dolar Meroket, Pengrajin Tempe di Cimahi Kurangi Ukuran Tempe yang Dijual

Kalau dolar sudah naik, kita gak naikin harga, susah soalnya persaingan. Jadi kita pilih mengecilkan ukuran tempenya,"

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Hilman Kamaludin
Tempe yang siap jual di industri tempe di Jalan Margaluyu, RT 07/02, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), pelaku industri tempe yang menggunakan kedelai impor harus mengurangi ukuran tempe yang siap dijual ke pasaran.

Pasalnya, jika menaikkan harga jual tak mungkin dilakukan karena harus menjaga persaingan harga dengan pelaku industri lainnya.

Seperti ukuran tempe siap jual di industri tempe di Jalan Margaluyu, RT 07/02, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, saat ini ukuran 6 ons masih dijual Rp 5.000 dan tempe ukuran 9 ons dijual Rp 7.000. Jika kondisinya terus seperti itu, ukurannya akan diperkecil.

Gelandang Persib Bandung Kim Jeffrey Kurniawan Kembali Unjuk Gigi, Begini Komentarnya

"Kalau dolar sudah naik, kita gak naikin harga, susah soalnya persaingan. Jadi kita pilih mengecilkan ukuran tempenya," ujarnya pemilik industri tempe, Rusdin (42) saat ditemui di pabriknya, Rabu (5/3/2018).


Ia mengatakan, saat ini harga kedelai impor Rp 7.800 per kilogram dan rata-rata ia menghabiskan sekitar 6 kwintal kedelai per hari untuk memproduksi tempe tersebut.

Akibat nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar, kata dia, menjadi salah satu penyebab makin mahalnya kedelai.


"Pengaruhnya, pasti ada kenaikan harga kedelai impor tapi biasanya tidak terlalu signifikan, namun penghasilan pasti menurun," katanya.

Menurutnya dengan melemahnya nilai rupiah kenaikan harga kedelai bisa mencapai Rp 8.000 per kilogram.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved