Kopinya Sudah Terkenal, Masyarakat Kabupaten Bandung Masih Banyak Bertani Sayuran
Meski memiliki potensi kopi yang sangat luar biasa, para petani kopi di Kabupaten Bandung masih terkendala budaya bertani sayuran.
Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Meski memiliki potensi kopi yang sangat luar biasa, para petani kopi di Kabupaten Bandung masih terkendala budaya bertani sayuran.
Sejauh ini Kabupaten Bandung baru memiliki 11 hektare lahan kopi yang berada kawasan perhutani dengan sekitar 500 ribu penggarap.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan meski Kabupaten Bandung terutama Bandung Selatan terkenal akan penghasil kopinya, namun masyarakat lebih banyak yang bertani sayuran.
Baca: PSMS Medan vs Persija Jakarta 3-1: Pasukan Djadjang Nurdjaman Raih Poin Perdana
Baca: Sabil dan Ardi Bakal Diturunkan Mario Gomez Saat Persib Bandung Melawan Mitra Kukar, Ini Alasannya
"Tantangannya masih di budaya, masyarakat masih bertani di bidang sayuran padahal komoditas kopi ini sangat menggiurkan dan jauh menguntungkan," katanya saat ditemui seusai memberikan materi di Miko Mall Kopo, Bandung, Jumat (6/4/2018).
Dikatakan Tisna, sejauh ini lahan kebun kopi di Kabupaten Bandung ada sekitar 11 hektar yang tersebar di kawasan Perhutani. Dengan sekitar 500 ribu penggarap berstastus petani kecil saja.
"Dari sisi bisnis lahannya masih sedikit ditambah masyarakat kopi masih 'getek' untuk menjual kopi secara instan dalam bentuk ceri, tidak diolah dulu. Karena masa panen komoditas kopi sangat lama, berbeda dengan komoditas sayuran," katanya.
Ini Jejak Kompol Fahrizal, Wakapolres yang Tembak Mati Adik Ipar, Ternyata Bukan Polisi Sembarangan https://t.co/Ks4upZhHAS via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) April 6, 2018
Untuk itu, kata Tisna dengan dibentuknya Asosiasi Kopi Masters Indonesia dirinya berharap para pecinta kopi di Kabupaten Bandung khususnya Bandung Selatan, baik para petani, pengusaha dan barista bisa terakomodir segala kebutuhannya.
"Pemerintah tidak bisa bergerak sendiri kami hanya menampung keluhan, permasalahan dan kekurangan. Kita (pemerintah) jangan 'sok tahu' kita perlu ahlinya (kopi), makanya didirikanlah asosiasi ini agar bisa membantu kami dalam mengembangkan industri kopi di masyarakat kami," tuturnya. (*)
