Pemkab Cirebon Kembali Buka TPA Gunung Santri? Sejumlah Petani Tanggapi Begini
Ketiga petani yang bercocok tanam di lahan milik Desa Kepuh seluas tiga hektar itu adalah Sarija (67), Jerah (65), dan Nilik (55).
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Jika Pemerintah Kabupaten Cirebon kembali membuka Tempat Penampungan Akhir (TPA) Gunung Santri di Desa Kepuh, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, ketiga petani di sana akan bersikap menerima dan ikhlas.
Ketiga petani yang bercocok tanam di lahan milik Desa Kepuh seluas tiga hektar itu adalah Sarija (67), Jerah (65), dan Nilik (55).
Sejak ditutup pada awal 2017, mereka mempunyai ide untuk menghijaukan lahan tersebut.
Ada pisang, pepaya, kacang hijau, kacang tanah, ubi, singkoh, dan masih banyak lagi.
Baca: Belanja Hemat ala Mario Gomez, Harga 13 Pemain Hanya Separuh dari Nilai 3 Rekrutan Musim Lalu
Namun, rencana Pemkab yang akan membuka kembali lahan tersebut diakui mereka akan menerimanya.
"Ya kalau kami terima saja, kami juga hanya warga, pemerintah pasti punya kebijakan, baik pemerintah desa maupun Pemkab Cirebon," ujar Nilik saat ditemui di TPA Gunung Santri, Palimanan, Cirebon, Rabu (21/3/2018).
Pemkab Cirebon akan membuka TPA Gunung Santri kembali karena TPA Ciledug akan habis masa kontraknya April 2018 ini.
Cerai dengan Suami Kedua, Ditipu Suami Ketiga, Kini Muzdalifah Kembali Alami Nasib Pilu https://t.co/yPNpedqfYV via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 21, 2018
"Tahun 2017, kita sudah melakukan perbaikan fisik di TPA Gunung Santri, sehingga kalau TPA Ciledug sudah overload kita akan memanfaatkan lagi TPA Gungu Santri," ujar Plt Bupati Cirebon Selly Andriany Gantina saat ditemui di Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon, Senin (19/3/2018).
Mengenai rencana pemerintah itu, masih ada warga sekitar TPA Gunung Santri yang masih belum mengetahuinya.
"Saya sih tidak tahu rencana itu. Baru mendengar malahan," kata Sarija.
Jika lahan tersebut akan dibuka kembali menjadi TPA, ketiganya akan kembali beralih profesi menjadi pemulung sampah.
"Enaknya sih mending jadi petani tidak terlalu capek. Tapi uang yang saya dapatkan dari menjadi pemulung itu setiap hari biasanya," kata Sarija kepada Tribun Jabar. (*)