Kisah Pasangan Pemulung di Cirebon Bisa Naik Haji, Ubah Bekas TPA Gunung Santri Jadi Kebun

TRIBUNJABAR.ID- Betapa senang Sarija (67) dan istrinya, Jerah, karena menunaikan ibadah haji tahun ini.

Penantian selama enam tahun pasangan Blok Gunung Santri, Desa Kedondong Kidul, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, itu segera terwujud.

"Senang banget akhirnya bisa berangkat haji. Masih kadang tak percaya karena kan ibadah haji itu jika ada uang lebih," kata Sarija sambil tersenyum kepada Tribun Jabar, Rabu (21/3/2018).

Bagaimana tak senang, biaya naik haji keduanya merupakan hasil memungut dan menjual sampah plastik selama bertahun-tahun.

Mereka mendaftar untuk berangkat haji pada 2012. Dikutip dari Kompas.com, biaya haji pada 2012 sekitar 30 juta per orang.

Hotman Paris Punya Harta Melimpah, Mengapa Lebih Suka Nongkrong di Warung Sederhana? Ini Jawabannya https://t.co/8HNIpHqSZO via @tribunjabar

— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 21, 2018

Karena berangkat berdua, pasangan ini harus mengeluarkan dana minimal Rp 60 juta.

"Saya mengumpulkan (uang) terus demi bisa berangkat ke sana," ujar Sarija.

Kini, keduanya sedang melakukan manasik haji. Pasangan suami dan istri ini memang bekerja keras tapi bijak memakai uang.

Tiap hari, mereka keluar dari rumah pukul 06.00 WIB, keliling mencari sampah hingga ke TPA Gunung Santri.

Sampah-sampah dipilah lalu dijual ke pengepul. Pukul 16.00 WIB, pasangan suami dan istri ini pulang ke rumah.

Baca: Enam Orang Tewas dalam Tabrakan Beruntun di Brebes, Padahal Warga Sudah Beri Peringatan

Penghasilan keduanya Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per hari atau sekitar Rp 900 ribu hingga Rp 1,2 juta per bulan.

"Jadi pemulung sampah memang capek tapi saya tetap bersyukur setiap hari dapat mendapatkan uang yang halal," kata Sarija.

Bangun 2 rumah