Tegangnya Penyelamatan Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Tangan NA Diamputasi di Lokasi

Tindakan amputasi di tempat terpaksa dilakukan agar NA bisa diselamatkan dari bangunan yang ambruk.

Tribun Jatim/M Taufik
BANGUNAN PONPES AMBRUK - Foto kondisi bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, yang roboh, Senin (29/9/2025) sore. Dari dalam reruntuhan, terdengar suara beberapa orang meminta tolong yang diduga santri. Belum diketahui jumlah korban karena proses evakuasi masih berlangsung. 

TRIBUNJABAR.ID - Penyelamatan korban tertimpa reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, berlangsung menegangkan.

Salah satu santri yang tertimpa terpaksa diamputasi di tempat untuk menyelamatkan nyawanya, Senin (29/9/2025).

Santri berinisial NA terpaksa kehilangan tangan kirinya.

Baca juga: Data Terkini Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Pencarian Terus Dilakukan Secara Manual

Tindakan amputasi di tempat terpaksa dilakukan agar NA bisa diselamatkan dari bangunan yang ambruk.

Direktur Utama RSUD RT Notopuro Sidoarjo, Atok Irawan, mengungkapkan NA dibius di tempat sebelum tangan kirinya diamputasi.

Setelahnya, NA dievakuasi dalam keadaan luka amputasinya terbuka.

Luka amputasi NA baru ditutup ketika tiba di RSUD RT Notopuro Sidoarjo.

"Jadi tetap pertolongan dibius di sana, kemudian juga luka dibiarkan terbuka. Lukanya ditutup, cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi, dijahit ulang sampai pukul 1.30 WIB dini hari ini," jelas Atok, Selasa (30/9/2025).

Lebih lanjut, Atok mengungkapkan pihak keluarga NA sempat tak terima tangan kiri anaknya akan diamputasi.

Bahkan, menurut Atok, pihak keluarga sempat menanyakan siapa yang memberi izin untuk mengamputasi tangan NA.

"Tadi malam keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya gimana kalau kondisi darurat, (keluarga) sempat tanya, 'Siapa yang mengizinkan?'" ungkap Atok.

Baca juga: Foto-foto Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk, Santri sedang Salat Asar, Ada yang Terjebak

Tim medis pun, lanjut Atok, memberikan penjelasan kepada keluarga NA, prosedur amputasi harus dilakukan karena alasan darurat.

Tak hanya untuk menyelamatkan nyawa NA, melainkan juga meminimalisir risiko tim medis terluka.

Beruntung, kata Atok, pihak keluarga bersedia menerima.

"Untungnya dokter kami menjelaskan dengan lembut, dengan sabar, alhamdulillah bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami," urainya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved