Ternyata Volume Sampah di Bandung Raya Meningkat 40 Persen saat Ramadan dan Idulfitri

Kenaikan volume ini disebabkan penyajian makanan berlebih, meningkatnya konsumsi parcel, dan penggunaan alat makan sekali pakai

tribunjabar.id / Hilman Kamaludin
Kondisi tumpukan sampah di sekitar Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN melakukan asesmen terkait perilaku masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri di wilayah Bandung Raya untuk mendukung konsep green religion.

Peneliti ahli madya pusat riset iklim dan atmosfer BRIN, Sumaryati menyampaikan di wilayah Bandung Raya tercatat adanya peningkatan volume sampah sampai 40 persen. Informasi tersebut didapatkan dari 144 responden yang mengikuti asesmen.

Dia mengatakan, kenaikan volume ini disebabkan penyajian makanan berlebih, meningkatnya konsumsi parcel, dan penggunaan alat makan sekali pakai selama puasa dan hari raya.

Baca juga: Program SERASA: Pertamina Patra Niaga Regional JBB Dorong Sekolah Ramah Sampah SDN 2 Sliyeg Lor

"Adanya peningkatan kegiatan belanja pada Ramadan dan Idulfitri, menghasilkan peningkatan sampah plastik dan styrofoam serta sampah organik sebesar 42,2 persen," katanya, Jumat (10/10/2025).

Permasalahan sampah sudah menjadi isu nasional. Khusus wilayah Bandung Raya, permasalahan ini muncul terutama pada Ramadan dan Idulfitri. Volume sampah meningkat signifikan akibat meningkatnya konsumsi makanan, penggunaan kemasan sekali pakai, dan aktivitas belanja secara daring.

Kepala Bidang Penataan Ruang Dinas Lingkungan Hidup Jabar, Eko Damayanto menyebut kondisi sampah di Jabar pihaknya mencatat total timbulan sampah 25.333 ton per hari, dengan didominasi sisa makanan sebesar 40,60 persen, plastik 19,69 persen, dan kertas 13,28 persen.

"Sumber sampah didominasi sektor rumah tangga 47 persen," ujar Eko.

Pemerintah Provinsi Jabar berkomitmen dengan Pemkot Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Bandung Barat untuk mengurangi timbulan sampah dari sumbernya, edukasi dan penerapan zero waste, penetapan kuota pembuangan sampah ke TPA Sarimukti, dan optimalisasi TPA Sarimukti agar menambah usia pakai dan kapasitas.

Eko pun menambahkan, konsep green religion berangkat dari ajaran agama Islam yang melarang umat untuk berbuat kerusakan dan berlebih-lebihan. Katanya, kebiasaan konsumtif saat Ramadan dan Idulfitri perlu diimbangi dengan kesadaran menjaga lingkungan yang juga bagian dari ibadah.

"Agama kan menekankan larangan merusak bumi, termasuk dengan menumpuk sampah yang dapat mencemari udara, air, dan tanah, sehingga butuh langkah untuk mengendalikan dan mengelola sampah sebagai upaya mewujudkan green religion," ujarnya.

Baca juga: Bandung Barat Dapat Tambahan Kuota Pembuangan Sampah ke TPA Sarimutki, DLH: Dapat Kelonggaran

Selain itu, dibutuhkan pula pengelolaan sampah dengan penerapan ekonomi sirkular, yakni metode yang mengembalikan nilai material sampah ke sistem ekonomi, serta mengurangi jumlah sampah yang dibuang melalui pemilahan sampah untuk daur ulang, mengelola sampah organik untuk kompos dan budi daya magot, serta penerapan refuse derived fuel (RDF).

RDF merupakan pengelolaan sampah untuk bahan bakar alternatif, sekaligus pengelolaan sampah residu dengan penimbunan dan pembakaran sampah dalam fasilitas khusus melalui insinerator yang terkendali.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved